18. Alasan Johannes

376 86 5
                                    

Bunyi tuut tuut tuut masih terdengar dari seberang sana, pertanda si penerima belum mengangkat teleponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi tuut tuut tuut masih terdengar dari seberang sana, pertanda si penerima belum mengangkat teleponnya.

Johannes mematikan sambungan, lima detik kemudian ia mencoba menghubungi nomor yang sama untuk kedua kalinya. Tangan kanannya memegang ponsel yang tertempel di telinga sementara tangan kirinya menggenggam erat kemudi mobilnya, tatapannya dengan penuh kewaspadaan menatap ke depan. Mesin mobil sudah ia matikan semenjak tadi, namun ia tak bergerak seinchi pun dari tempatnya berada.

"Halo..." Suara serak di seberang sana menyapanya.

"Ga," panggil Johannes.

"Hmmm? Apa sih, Jo?"

"Ga."

"Apa? Apa? Kalau nggak cepetan ngomong gue matikan sekarang juga teleponnya."

"Tyaga, tolong gue," mohon Johannes dengan nada memelas.

"Kenapa sih lo, Jo? Minta tolong apa?" Tyaga di seberang sana terdengar khawatir. Tyaga adalah sohib dekat Johannes sejak kecil, jangan tanya lagi seberapa dekat mereka.

"Kasih tahu caranya..."

"Cara apa?"

"Bagaimana caranya menggagalkan acara lamaran seseorang?"

"What the-" Suara Tyaga meninggi. Pertanyaannya cukup untuk membuat Tyaga mengelus dada di seberang sana.

"Bagaimana caranya, Ga?"

"Heh tuan Johannes, Anda pikir saya tahu caranya? Ngaco Lo, Jo. Lagian Lo ngapain sih mau menggagalkan lamaran orang lain. Memang lamaran siapa sih?"

Johannes menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kaluna."

Umpatan tertahan Tyaga terdengar seperti dengusan. Johannes tak terlalu memperhatikan karena fokus utamanya tertuju pada deretan mobil tamu undangan yang sepertinya itu mobil pihak keluarga laki-laki.

Apa Johannes harus memecahkan kaca salah satu mobil itu? Sehingga alarm berbunyi dan mereka semua akan keluar. Pastinya keributan itu akan menunda sejenak acara lamaran.

"Kasih tahu gue, Ga. Gue harus gimana?"

" Jangan lakukan apapun. Diam saja di sana atau pulang. Tapi lebih baik pulang sih."

"Gue belum selesai balas dendam, Aga!" protes Johannes, tak menyetujui usulan Tyaga.

Perihal balas dendam dan rasa sakit yang ditinggalkan Kaluna di hati Johannes, Tyaga tahu.

Balas dendam terbaik adalah menunjukkan dirinya lebih sukses dan bahagia dibandingkan sebelumnya. Dia sudah sukses, masalah bahagia, dia sudah menunjukkannya, tapi ada satu hal yang kurang, saat Kaluna melihat ia memiliki calon pasangan hidup lalu menikah, Johannes merasa balas dendamnya akan sangat lengkap. Dia ingin Kaluna merasakan rasa sakit yang sama.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang