30. Masa Lalu Kaluna

269 74 5
                                    

Pertengkaran Johannes dengan Sandy membuat keduanya harus berakhir di kantor security gedung resepsi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertengkaran Johannes dengan Sandy membuat keduanya harus berakhir di kantor security gedung resepsi. Sandy yang lebih aktif berbicara saat petugas keamanan gedung menginterogasi mereka, Sandy menceritakan kejadian yang dialaminya dan membela diri bahwa Johannes lah yang memukulnya terlebih dahulu. Saat petugas tersebut beralih bertanya pada Johannes, Johannes memilih diam. Bukan Johannes tak ingin membela diri. Namun, ada hal yang berkecamuk dalam pikirannya.

Kepala security sampai kehabisan akal untuk membuat Johannes berbicara. Dia tak ingin mendengarkan cerita dari satu pihak, dia perlu mendengarkan cerita dari pihak lain agar bisa memutuskan langkah selanjutnya.

Perwakilan keluarga mempelai yang datang dan meminta petugas kemanan tak memperpanjang masalah tersebut, walau pihak mereka yang dirugikan. Perwakilan keluarga tak ingin membuat masalah dengan keduanya.

Setelah mendapatkan permintaan tersebut, kepala keamanan memutuskan melepaskan mereka dengan sebuah peringatan agar tak melakukan hal serupa.

"Ternyata segitu sayangnya elo sampai dia sampai rela mempermalukan diri di depan semua orang," sahut Sandy sebelum meninggalkan Johannes yang masih mematung di depan ruang keamanan.

Johannes hanya memandang kosong kepergian Sandy, perasaannya terlampau kacau sampai tak bisa berpikiran jernih.

Baru ketika sampai di mobil, Johannes menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Bisa tolong cari sebuah informasi untuk gue?" tanya Johannes pada orang di seberang sana yang tak perlu diragukan lagi kehandalannya dalam mencari informasi.

Sebenarnya, Johannes ingin bertanya langsung pada Kaluna, mengenai ucapan Sandy, tetapi— ia tak berani. Bagaimana kalau ucapan Sandy benar? Tentang Kaluna yang tak sebaik pikirannya?

***

"Lu, kamu mau ketemu dengan Amanda dan calon suaminya?" tanya Shanti, menaruh pantatnya ke kursi, dia baru kembali dari kantor Sara, bos mereka.

"Iya, mbak. Ini mau ke ruang meeting," jawab Lulu menulis sesuatu di notesnya.

"Biar mbak saja. Kamu dipanggil Bu bos," cegah Shanti saat Lulu terlihat memberesi mejanya, sebelum pergi.

"Hah? Mbak serius? Bu Sara memanggil?"

"Iya. Masa mbak bohong sih." Shanti tersenyum, mengulurkan tangan, meminta catatan mengenai Amanda.

"Oh oke, mbak." Lulu menyerahkan catatan tentang Amanda, buru-buru bangkit dari tempat duduknya untuk segera menemui bosnya, Sara.

Walau bingung mengapa Sara tiba-tiba memanggilnya tanpa menghubunginya lewat pesan WhatsApp, Lulu tetap bergegas ke ruangan bosnya itu.

Dia bertanya-tanya, mungkinkah ia membuat kesalahan sampai dipanggil ke ruangan beliau, tapi kalau dipikir-pikir sepertinya tidak.

Sesampainya di depan ruangan bosnya, dia mengetuk pintu, saat terdengar suara menyuruhnya masuk, barulah ia membuka pintu. Bosnya, Sara terlihat sibuk menelepon seseorang sambil mencatat sesuatu di notesnya, matanya menatap Lulu, tangan kanannya memberi isyarat dengan menunjuk kursi di depan meja kerjanya, menyuruh Lulu duduk di sana. Lulu yang menyadari maksud bosnya langsung duduk.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang