26. Tentang Shania

317 83 5
                                    

"Jadi, ini akhir dari kita Jo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, ini akhir dari kita Jo?"

Johannes mengangguk, sebagai jawaban pertanyaan yang dilontarkan Shania.

"Terimakasih banyak, Shan."

"It's okay. Menjadi tokoh yang dibenci adalah keahlian gue," jawab Shania.

Johannes bangkit dari kursi kerjanya lalu menghampiri Shania yang duduk di sofa sambil membawa sebuah kotak kado.

"Hadiah buat gue?" tanya Shania kaget, Johannes mengulurkan kotak itu padanya.

"Iya."

Shania menerimanya dengan senang hati. Saat membuka kotaknya matanya berbinar. Sebuah tas dan sepatu dari brand terkemuka tersimpan manis di sana.

"Terimakasih banyak, Jo."

Johannes tersenyum tipis. Dia tahu Shania pasti akan menyukainya, barang-barang bermerk.

"Apa sekarang lo akan serius mencari pasangan?" tanya Shania, tentu Shania bingung Johannes tiba-tiba menyudahi kerjasama di antara mereka. Shania bertanya-tanya, mungkinkah Johannes sudah menetapkan hatinya sehingga tak membutuhkan dirinya sebagai tameng.

Sesungguhnya hubungannya dan Johannes hanya sebuah kerja sama belaka. Johannes butuh dirinya sebagai pacar supaya ada alasan untuk menghindari perjodohan dan pernikahan yang tak diinginkan. Sementara Shania butuh uang Johannes tentunya, dengan konsekuensi ia harus menjadi tokoh antagonis, tokoh yang dibenci, yang merusak rencana pernikahan dan perjodohan Johannes.

"Atau ada seseorang yang membuat lo menetapkan pilihan. Seseorang yang membuat Johannes Rajendra jatuh cinta."

"Jatuh cinta? Omong kosong," kilah Johannes.

Senyum Shania mengembang. Ada. Ada seseorang. Shania tahu itu.

"Gue tebak ini orang yang sama," tebak Shania menatap penuh selidik Johannes. Walau Johannes enggan menceritakan detail masa lalunya, Shania tahu tentang rasa sakit yang diciptakan wanita itu sampai Johanes tak bisa melupakannya.

"Gue membenci dia, Shania. Gue mengakhiri kerjasama kita supaya gue bisa fokus balas dendam."

"Ralat, fokus mengambil hatinya," celetuk Shania membuat Johannes mendelik tajam padanya.

"Jo, jujur saja lah. Lo pasti pengen dia ada di sisi lo."

"Gue emang pengen dia di sisi gue tapi untuk balas dendam. Gue pengen melihat dia kesakitan di sisi gue."

"Terus kenapa lo nggak gunain gue untuk membuat dia cemburu?"

"Nggak mempan Shania dia—susah ditebak."

Shania terkekeh.  "Baru kali ini gue melihat seorang Johannes kalah dari seseorang."

"Gue kalah? Enggak!" kilah Johannes.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang