35. Akhir Segalanya

446 71 5
                                    

"Dev, mulai bulan depan kamu akan mulai mengambil alih perusahaan di Jakarta ya," sahut Reno malam itu di ruang kerjanya.

"Siap, Mas."

"Nanti saat waktunya sudah tepat, kamu akan mengambil alih perusahaan di sini dan perusahaan-perusahaan lain."

"Memang mbak Arini dan Johannes akan setuju kalau aku mengambil alih perusahaan?"

Pertanyaan adiknya membuat Reno menaruh dokumen ke meja. "Tentu saja setuju. Mas akan membujuknya, kalau mas berhasil membujuk Arini, pasti Johannes pun akan setuju, dia sangat mencintai mamanya."

"Pokoknya kamu siap-siap saja untuk mengambil alih perusahaan," tambah Reno membuat senyum di bibir sang adik kian melebar.

"Aku akan selalu siap, Mas."

Reno mengangguk dan tersenyum. "Sudah, kamu istirahat saja sana. Pasti kamu lelah usai perjalanan jauh."

Adiknya mengangguk lalu bangkit dari sofa. "Aku istirahat dulu ya, mas." Selesai berpamitan dengan kakaknya, dia menarik kopernya keluar dari ruang kerja sang kakak.

Ia menutup pintu ruang kerja kakaknya dengan senyum dan wajah ceria. Berita bagus yang disampaikan sang kakak membuat moodnya membaik.

"Sudah kuduga kamu pulang ke Indonesia untuk mengambil alih perusahaan keluarga mbak Arini," sindir Radit yang sudah bersandae di dinding dekatnya.

"Jangan berlebihan, Dev. Kita harus sadar diri, Hexa Group bukan milik kita."

"Mengapa menurutmu perusahaan bukan milik kita? Mas Reno yang membuat perusahaan meningkat dan kita punya hak juga."

"Kita nggak punya hak, Dev. Kita bukan bagian keluarga Wasupati. Perusahaan ini milik mbak Arini dan Johannes itu faktanya," tambah Radit mengakhiri ucapannya. Dia tak ingin berdebat lebih jauh dengan saudaranya itu. Dia memilih menyudahi pembicaraan mereka.

Radevo yang melihat kepergian saudara kembarnya hanya bisa menghela napas. Walau memiliki wajah yang sama, dia dan Radit sangat bertolak belakang. Radit adalah pembuat onar sementara dirinya adalah sang juara yang selalu memberikan penghargaan bergengsi.

"Kita sangat berhak, Radit," sahutnya dengan seringai tipis.

Selanjutnya, Radevo menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Saat akan memasuki kamar, kamar di sebelahnya terbuka. Seorang lelaki jangkung keluar dari sana membuat Radevo menghentikan langkah dan tersenyum. "Hai, Jo."

"Om Devo," jawab Johannes dengan senyum sumringah.

"Akhirnya om Devo pulang ke Indonesia," ucap Johannes memeluk omnya itu. Kalau biasanya ia yang mengunjungi Radevo selama di USA, kini Radevo yang ke Indonesia setelah sekian lama.

"Ya, akhirnya aku pulang, Jo. Dan aku akan tetap tinggal di sini."

Johannes tersenyum. Hubungannya dengan Radevo berbeda dengan hubungannya dengan Radit. Ia sangat dekat dengan Radevo, Radevo mengajarinya banyak hal, membantunya dan bermain bersamanya dulu. Karena itu ia begitu dekat dengan om-nya itu.

"Kalau begitu om istirahat saja."

"Oke. Oh iya Jo, kamu tahu WO pilihan Radit."

"WO? Memangnya kenapa, Om?"

"Kudengar di sana klien bisa minta bantuan untuk dicarikan calon pendamping yang pas."

"Ehmmm memang benar," jawab Johannes mengangguk setuju. Karena dia juga pernah menjadi klien Perfect wedding, dia tahu dengan pasti keunggulan mereka.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang