33. Detik Demi Detik

265 69 4
                                    

"Lu, Lo kenapa sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu, Lo kenapa sih?"

"Memang gue kenapa, Nay?" tanya Lulu bingung sembari mengaduk es tehnya yang sebenarnya gulanya sudah terlarut dari tadi.

"Lo dari tadi melamun. Mumpung nggak ada Jeje dan mbak Shanti, ayo cerita ke gue ada apa," desak Naya.

"Gue nggak kenapa-kenapa, Nay." Dia dengan cepat berkelit.

"Dibalik kata nggak kenapa-kenapa sebenarnya lo lagi kenapa-kenapa. Tipikal wanita banget." Naya meletakkan kedua lengan di atas meja, mengambil posisi mirip anak sekolah yang sedang serius mendengar pelajaran dari guru.

"Serius. Gue nggak kenapa-kenapa, Nay."

"Lu—"


"Nay, please leave me alone," mohon Lulu sedang dalam mode tak ingin mengatakan apapun. Membagikan kisahnya pada orang lain dalam situasinya saat ini bukan hal yang tepat. Ada kisah yang sebaiknya dibagi, adapula kisah yang sebaiknya disimpan sendiri.

"Lu, gue temen lo. Gue sedih kalau liat Lo nggak bersemangat gini. Gue cuma mau bantuin."

Lulu tersenyum tipis. "Nay, thanks sudah peduli sama gue tapi nggak ada yang bisa gue bagi sama lo saat ini. Please, Nay."

Naya menghela napas, dia hanya berniat membantu semisal Lulu membutuhkan bantuannya. Tapi Lulu lebih suka memendam masalahnya ternyata.

"Oke, Lu. Gue ke kamar mandi dulu ya," pamit Naya bangkit dari kursinya. Lulu mengawasi kepergian Naya dengan wajah penuh penyesalan.

Mau bagaimana lagi, perihal masalahnya kali ini, Lulu masih belum yakin.

Sambil menunggu Naya kembali dari kamar mandi, Lulu memeriksa ponselnya, mengecek pesan, siapa tahu balasan yang ia tunggu ada. Ia kembali dibuat kecewa, tak menemukan pesan balasan yang diharapkannya.

Sebenarnya lo kemana sih, Jo? tanyanya dalam hati. Mungkin sekitar seminggu, lelaki itu tiba-tiba menghilang, tak bisa dihubungi.



"Mbak Kaluna kan?"

Suara tak asing itu menyapanya, mengalihkan fokusnya dari ponsel untuk menatap orang yang tengah berdiri di depannya itu.

"Mbak Shania," ucap Lulu kaget mengetahui Shania lah yang ternyata memanggilnya.

"Sendiri?" tanya Shania hanya melihat Lulu duduk sendiri di restoran itu.

"Enggak, sama Naya."

"Oh mbak Naya."

"Boleh gabung nggak, mbak? Semua tempat udah penuh," tanya Shania.


"Silahkan saja," jawab Lulu mengambil tas miliknya di kursi kosong di sebelahnya.

Shania mengambil tempat kursi kosong di sampingnya, tak lama pelayan datang, membawa buku menu untuk Shania.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang