22. Seseorang dari Masa Lalu

367 77 8
                                    

"Lun, bisa nggak sih sekali aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lun, bisa nggak sih sekali aja... Lo nggak nyakitin gue?"

Kalimat Johannes sebulan lalu masih terngiang dalam benaknya, selama itu pula Johannes tak ada kabar.

Apa lelaki itu benar-benar pergi kali ini? Tapi Johannes bilang akan tetap balas dendam, apapun caranya.

Ah entahlah, Lulu juga tak paham. Tapi otaknya tak bisa berhenti untuk memikirkan semuanya. Wajah sakit hati  Johannes ketika meninggalkan cafe sore itu, masih terbayang. Sama seperti dua tahun lalu, dia menyakiti Johannes lagi.

Bagi Lulu itu lebih baik, bila mereka tetap bersama, mereka hanya akan saling menyakiti.

"Lu, bisa ke ruang rapat sekarang?" Pertanyaan Shanti membangunkan Lulu dari lamunannya, dia buru-buru menutup buku catatannya yang berisi banyak coretan nama Johannes.

"Loh memang kita ada rapat, mbak?"

Shanti menggeleng. "Bukan rapat, ada klien baru dan dia maunya elo yang ngurusin wedding dia."

Mata Lulu membulat. "Klien baru untuk tahun depan?"

"No. Tiga bulan lagi, Lu. Kebetulan ada klien lama yang ngundurin acaranya yang seharusnya tiga bulan lagi jadi Bu bos masih Nerima klien untuk acara wedding tiga bulan lagi."

"Klien barunya siapa mbak? Kok harus Lulu yang ngurusin wedding dia sih?" tanya Naya penuh kecurigaan.

Shanti cuma mengangkat bahu, membuat Naya dan Lulu kian curiga. Terlebih klien itu meminta Lulu yang harus mengurusi pernikahannya.

"Hati-hati, Lu. Jangan-jangan Johannes lagi," ucap Jeje terlihat khawatir. Biasanya permintaan yang aneh datangnya dari pihak Johannes.

Mendengar nama Johannes membuat tubuh Lulu menegang. Dia membawa buku catatannya dengan setengah hati lalu mengikuti Shanti yang berjalan lebih dulu ke ruang rapat.

Jeje dan Naya yang penasaran, mengekori dari belakang.

Lulu diliputi berbagai pemikiran. Bila benar di balik pintu itu Johannes, maka ia harus bagaimana?

Shanti membuka pintu ruang rapat lebar-lebar, lalu masuk terlebih dulu ke dalam. Lulu memiringkan kepala, menengok ke dalam ruang rapat, di seberang sana, ia melihat seorang bocah laki-laki terduduk sambil memainkan pesawat mainannya.

Kening Lulu berkerut, kemudian melangkah memasuki ruangan saat Shanti berkata pada si klien kalau ia sudah datang.

Pandangan Lulu beralih, pada wanita di sebelah bocah itu, yang Lulu pikir sebagai mama dari bocah tersebut.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang