14. Hati Saya Lebih Sakit Kaluna

461 106 22
                                    

"Apa gue bilang, Angeline beneran masuk tiga besar the J Projects kan," ucap Jeje memutar kursinya ke dekat teman-temannya yang sedang membicarakan hasil wawancara 100 wanita peserta the J Projects dan terpilihlah 3 wanita, salah satunya adalah An...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa gue bilang, Angeline beneran masuk tiga besar the J Projects kan," ucap Jeje memutar kursinya ke dekat teman-temannya yang sedang membicarakan hasil wawancara 100 wanita peserta the J Projects dan terpilihlah 3 wanita, salah satunya adalah Angeline. Wanita yang menarik perhatian semua orang saat wawancara.

"Dia memang pantas sih," ucap Eza menyetujui, kalau bukan peserta lolos tahap selanjutnya the J Projects, pasti Eza sudah tancap gas mendekati Angeline.

"Za, mbak bisa baca pikiran lo." Shanti terkekeh melihat raut murung Eza.

"Hah? Apa mbak?"

"Lo sempat berharap Angeline nggak lolos kan."

"Oh Eza mau ngedeketin Angeline rupanya." Jeje ikut menggoda Eza yang pipinya memerah.

"Sabar, Za. Mungkin Angeline bukan jodoh lo."

Eza menghela napas dan berucap dengan suara beratnya. "Iya, gue sabar kok. Angeline kayaknya emang berjodohnya dengan Johannes."

Jeje ingin tertawa melihat kepasrahan Eza menerima takdirnya. Tapi dia tahan betul, tak ingin membuat Eza marah dan menyemprotnya.

"Lu, lo kok diam saja dari tadi," tegur Shanti, Lulu di sebelahnya lebih banyak diam, menjadi pendengar obrolan rekan kerjanya.

"Iya nih. Lulu akhir-akhir ini kenapa jadi pendiam sih," tambah Jeje.

"Ah masa sih? Enggak ah," elaknya berusaha tersenyum.

Eza mencondongkan tubuhnya ke arah Lulu dan berhadiah geplakan di kepalanya. "Gue digeplak dong."

"Syukurin," ledek Jeje tertawa puas melihat musuh abadinya tersakiti. Eza memang perlu diberi pelajaran sesekali.

"Lu, lo ada masalah? Atau lo sakit?" tanya Shanti khawatir, Lulu akhir-akhir ini lebih pendiam dari biasanya.

"Mungkin karena capek aja, mbak. Kerjaan numpuk."

Shanti mengangguk paham. Memang mereka sedang sibuk-sibuknya mengurusi klien yang sudah ada di waiting list. Di tambah lagi perkara the J Projects yang menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran.

Lulu menepuk-nepuk lengan Shanti, berusaha meyakinkan seniornya itu kalau ia baik-baik saja.

Tak lama Naya berjalan mendekat dengan wajah kusut. Keempatnya memberi tatapan penuh kecurigaan kalau pertemuaan Naya dan Johannes mengenai rencana selanjutnya the J Projects tidak berjalan dengan baik.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang