Lima belas

5 1 0
                                    

Saat ini aku sedang tertunduk malas mendengarkan celotehan dari guru kimia yang sedang membahas materi molekul. Sains memang aneh bahkan yabg tidak kasat mata saja di pelajari.

"Yang kemarin ranking lima jawab soal di depan!" Titah sang guru.

Aku tersentak kaget dan seisi kelas sudah menatapku ganas.

"Aduh, abis ni gue," umpatku.

Ini sebabnya aku tidak terlalu ambis untuk belajar. Mendapat rank di kelas itu membebankan diri. Lagian kenapa tidak yang rank satu yang di suruh maju? Kenapa harus aku?

"Ayo, Eyra maju dong gimana sih? Katanya lebih cerdas dari gue," celetuk Cahya si cowok dengan mulut lemes di kelas ini.

Aku melangkah maju dengan berat hati sambil mengacungkan jari tengah kepada Cahya. Aku menatap rumus senyawa molekul yang tertulis di papan putih dengan wajah bingung.

"Tadi yang ngomong, maju juga! Kerjakan soal nomor tiga!" Titah sang guru lagi.

Aku menoleh ke arah Cahya dan tersenyum senang, "Mampus lu ahaha," ku tertawa kan dia dengan puas. Wajahnya terlihat merah dengan raut yang panik.

Aku benar benar tidak paham dengan materi ini, aku melihat Cahya yang sudah mulai mengerjakan soal. Baiklah akan ku kerjakan.

"Beres, Pak!" Laporku dengan bangga.

Guru itu berdiri dan mengucapkan terima kasih lalu menyuruhku duduk.

"Apa-apaan kamu ini? Kamu bercanda?" Kagetnya saat melihat jawabanku yang hanya berisi diketahuinya saja.

Aku tersenyum canggung, "Kan ga paham pak."

"Ga perlu alesan! Kan saya sudah bilang bila saya menjelaskan dengarkan baik baik! Kalo kalian udah sepinter Isaac Newton baru bebas ngapain aja."

"Isaac Newton ahli fisika bukan kimia," elak ku.

Ia makin kesal ok aku akan di blacklist pastinya.

"Bisa lebih sopan?" Sindirnya lalu ia menarik napas panjang, pasti dia mau lanjut mengomeli ku nih. Lagian sopan apanya sih? Aku kan hanya meralat ucapannya.

"Permisi, pak. Saya mau pinjam Eyra Ferata , Lana dan Shila," ucap seseorang dari depan pintu kelas. Aku menoleh ke arahnya. Itu Kak Dasi! Syukurlah, penyelamat...

"Nama gue Eyra Ferana, kak. Kenapa jadi ferata," protesku.

"Mau ngapain?" Tanya sang guru.

"Ini, pak. Ada panggilan dari pembina Osis," jelas Kak Dasi. 

"Dah ah ayo ayo, dadah bapak!" Kata Shila sambil menarik aku dan Lana keluar. Baru kali ini aku semangat ikut kegiatan osis. Daripada di kelas.

Terdengar dari dalam kelas guru itu berucap,
"Yang kaya mereka tu jangan diikutin..."
Perkataannya terjeda, "Cahya kamu benerin soal yang Eyra."

Haha kualat kan Cahya! Lagian siapa suruh bicara seenak hidupnya. Rasakan.

"Ada apaan lagi si?" Tanya ku dengan sinis pada Kak Dasi dan Kak Ketos yang tadi menunggu di luar kelas. Di sini juga ada Bian yang berdiri di belakang mereka dengan wajah malasnya.

Ketua OSIS itu memberikan kami sebuah amplop putih

"Paan ni ka? Surat cinta?" Tanya Bian yang sukses membuat si ketos melotot seperti setan.

"Bukan surat nagih utang kan?" Tanyaku.

"Baca aja! Ga bisa baca?" Sinis Kak Dasi. Dih... apa sih?

"Kalo gitu ini pasti duit santunan buat fakir kek lu pada," saut Shila.

Astaga Shila ngomongnya suka bener.

"Mental saya sudah baik jadi ga perlu ikutan kek ginian," kata Lana lalu memberikan amplop itu pada Kak Dasi dan pergi ke kelas.

Aku pun membaca surat itu dan ya itu adalah surat untuk ikut serta dalam program OSIS untuk melatih mental dan karakter.

"Gue ikut!" Kata ku semangat.

Shila membisikkan ku sesuatu
"Serius? Gue gamau, idih. Ke sambet apaan?"

"Sttt... kita bikin rusuh ae, shil. Biar asik," balasku pelan lalu memberitahu Bian juga dengan membisikkan tentang rencana setan ku ini.

"Kita betiga ikut."

"Ok nanti perlengkapan yang harus di bawa saya umumkan di chatting," ucap ketua osis tersebut.

Kak Dasi dan Kak ketos pun pergi setelah mendata kami.

"Kelas lagi ayo!" Ajak Shila.

"Lu mau gue diomelin lagi? Bi kunci UKS di lu ga?" Tanya ku pada Bian.

Bian menggeleng, "Gampang, hari ini yang jaga temen gue "

"Tegang amat tu muka," ejek Ryan aaat kami berpapasan, ia berjalan dari arah kantin dengan segelas es cokelat.

"Abis diomelin," jawabku.

"Ama siapa?"

"Noh guru kimia," adu ku.

"Kesian banget. Nih biar rileks," kata Ryan lalu menyodorkan minumannya, aku menerima dengan senang tentunya. Siapa yang tidak senang di beri minum oleh crush. Haha

"Misi jadi ke Uks ga mbak?" Tanya Bian lalu berjalan mendahului ku dan di ikuti Shila.

Ok bagus bahkan aku lupa Shila dan Bian ada disini mereka sudah menampakkan wajah kesalnya seperti setan.

"Kalo gitu gue duluan. Makasih minumnya Yannn," kataku lalu berlari mengejar Shila dan Bian yang sudah jalan mendahuluiku. Kurang ajar.

"Tunggu, weh!"

To be continue
Vote n comment guys

(Un)CoveredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang