Empat puluh

5 0 0
                                    

Sudah dua hari aku tidak masuk ke sekolah karena sakit. Tepatnya saat aku pulang dari sekolah dua hari yang lalu, suhu tubuhku meningkat dan ibu bilang aku terkena demam. Ok Bian harus bertanggung jawab atas ini. Mau bagaimana pun dia yang salah kan!

Tapi ada bagusnya juga sih aku sakit, pertama aku bisa lepas dari permintaan Bian. Kedua aku bisa lepas dari presentasi dan tugas hehe...

Kalian tahu? Selama seharian kemarin, aku hanya berbaring di ranjangku, jangan lupakan selimut yang selalu setia membalut tubuhku. Dan selama seharian kemarin juga aku tidak mengeluarkan suara, rasanya sakit saat aku ingin melontarkan satu kata.

"Nih, diminum dulu obatnya. Tadi udah makan kan?"

Itu bapakku. Dia tak henti-henti membawakan obat ke kamarku. Ibuku? Dia sama khawatirnya. Namun, aku tahu sekarang kepribadian ibu memang seperti itu. Ia nampak tak peduli, padahal jauh di dalam hatinya ia sangat khawatir. Aku menyesal pernah marah padanya dan kabur dari rumah hehe... Lagian memang benar kalau aku ini beban. Dan semua orang juga beban, bukan hanya aku.

Ya ya itulah yang dikatakan Bian.

"Ok. Besok mau sekolah ah, udah sembuh nih," ucapku yang hanya di balas anggukan oleh bapakku. Setelah itu ia keluar dari kamar.

Oh ya aku memang sudah baikkan sekarang. Panas ku sudah hilang, ingusku juga sudah mengering hehe... Dan sekarang aku sudah bisa bicara walau agak serak. Tapi rasa sakitnya sudah hilang. Padahal hari ini aku sudah bisa ke sekolah tapi yaa karena malas. Ya sudah sekalian saja kan..

Oh ya ngomong-ngomong soal Bian, dia tak pernah menghubungi ku bahkan menanyakan kabarku pun tidak. Hmm mungkin dia sibuk latihan atau sibuk pacaran haha. Ku ambil ponsel ku, aku berniat mengirim Bian pesan.

Namun, niat itu ku urungkan saat melihat Instagram storied Bian. Ia memposting fotonya dengan Dila. Di dalan foto itu terlibat mereka mengenakan baju Taekwondo. Bian dengan senyum riangnya merangkul pundak Dila. Hey padahal yang biasanya di rangkul itu kan aku!

Aku mengerutkan dahi saat melihat caption nya.

Last!

Last? Akhirnya?

Apa maksudnya? Apa mereka sudah pacaran? Atau mungkin maksud dari kata last itu adalah hari terakhir dia latihan? Arghh persetan! Untuk apa memikirkannya.

Ra!
Ra!
Lu udah liat sg gw kan?

Baru saja aku akan mematikan ponsel. Tapi Bian mengirim ku pesan seperti itu. Ys paling juga dia mau ceritain Dila. Baru saja aku akan membalas pesan Bian, ia sudah mengirimi ku pesan baru

Gue ke rumah lu ya! Sekalian jenguk temen tercintaQ.

Apa sih? Oh ya darimana dia tahu aku sakit? Dan memangnya dia tahu rumahku.

"Ra! Temennya noh," teriak ibu.

Temen? Apa itu Bian? Apa apaan? Kenapa cepat sekali.

"Siapa yang suruh ke sini?" Ketusku saat melihat Bian sedang duduk manis di ruang tengah.

"Jenguk temen gue lah,"

"Hilih. Emangnya lu ga latihan?" Tanyaku sambil duduk tak jauh darinya.

"Lu liat jam dah. Ya jam segini mah dah balik, Ra,"

Aku melirik jam, terlihat jarum jam menunjuk angka lima dan angka dua. Ohh jam lima lewat sepuluh menit. Benar juga dia, ini waktu dimana sekolah sudah sepi.

"Nih. Biar ga kek kodok," kata Bian sambil memberikanku minuman yang ia ambil dari tasnya. Aku mengambil dan berterima kasih. Lalu kami sama-sama diam. Apa apaan? Tak biasanya kami di posisi canggung seperti ini.

Lalu ibu datang membawa segelas sirup dan keripik pedas. Mataku berbinar melihatnya. Ibuku yang sadar akan hal itu mendelik dan berkata,

"Ini bukan buat kamu. Kamu mah ga boleh makan ginian," ucapnya sambil menyimpan itu di depan Bian.

"Aelah moso makannya bubur mulu, Bu. Ga berasa, hambar kek hidup Aya," ucapku mendramatisir.

"Lebay," ledek ibuku lalu pergi begitu saja.

Aku melirik Bian yang sedang menahan tawa. Apa sih?

"Tawain apa lu? Ga lucu," ketusku sambil meminum minuman dari Bian.

"Nih, mau ga? Enak, Ra!" Ucap Bian sambil memakan keripik itu.

Kurang ajar! Aku hanya mendengus lalu menyandarkan badanku di sofa

"Oh ya gue udah pacaran ama Dila," ucap Bian.

Aku terdiam, aku tak tahu harus bereaksi seperti apa. Rasanya sesak! Ini pasti gara-gara minuman yang ia berikan.

"Sumpah, Ra! Gue seneng njir," lanjutnya.

Aku masih diam. Aku mengalihkan pandanganku lalu meminum minuman yang membuatku sesak ini. Siapa tahu jika aku meminumnya lagi rasa sesak ini bisa hilang.

Namun, bukannya hilang malah rasanya air mataku ingin keluar dan suhu ruangan terasa panas. Apakah aku sakit lagi ya..

"Lah? Ko lu malah nangis?" Heran Bian sambil mendekatkan tubuhnya padaku.

"Bukan nangis, minuman lu ga enak. Bikin sesek," kataku.

Bian hanya diam. Ia tampak berpikir. Dan suasana kembali canggung.

"Oh iya. Sukur deh kalo lu udah pacaran. Langgeng ya. Berarti besok gue ga perlu nemenin lu latihan lagi kan?"  Ucapku. Terasa sangat sulit saat mengatakan itu semua ini pasti karena tenggorokanku yang masih sakit. Atau mungkin efek dari minuman herbal Bian.

"Lu harus tetep nemenin gue lah. Kan janjinya tujuh hari. Lagian besok hari terakhir ko," jawab Bian.

Aku hanya mengangguk dan ya suasana kembali seperti tadi.

"Kak Aya! Eca mau minjem hape,."

Itu Eca, ia menghampiri kami berdua dnegan membawa ponselku. Syukur lah.

"Eh itu capa kak?" Tanya Eca sambil melihat Bian.

"Anak setan," jawabku asal.

Bian melotot lalu Eca mendekati Bian dan memperhatikan wajahnya.

"Anak setan kok udah gede sih Kak?" Kata Eca. Persetan haha!

"Bukan anak setan. Ini namanya orang ganteng," kata Bian.

Dih...

"Oh iya bener. Kaka ganteng hehe," bakas Eyra yang membuat Bian tersenyum bangga. Dih

"Eh Kak Aya! Ini kan olang yang waktu itu di hape kakak ya? Yang ga mau jadi pacar Eca," kata Eca dengan suara cadelnya.

Oh jadi Eca masih ingat dengan kejadian saat kami video call.

"Eca sedih tau kak. Kakak gamau jadi pacar Eca, eh kakak maunya malah sama Kak Aya. Padahal kan lucuan Eca," kata Eca sambil memainkan jari Bian.

Wtf. Sumpah bukan adik gue!

Bisa-bisanya Eca bicara seperti itu. Memalukan! Bian hanya mencubit pipi Eca dan tertawa lepas.

"Jangan tawa serem," ucapku sambil memasukkan keripik ke mulut Bian.

"Udah sono balik dah mau malem. Tar di cariin mamah," kataku.

"Yaudah gue balik ya. Gue lupa sekarang gue udah punya cewe. Kata dia jangan pulang malem malem."

Dih? Jijik. Aku hanya mendecih. Lalu Bian pun pamit pulang. Baguslah! Harusnya dia tidak datang kesini. Untuk apa datang hanya untuk pamer pacar dan memberikanku minuman sialan itu? Bian menyebalkan.

To be continue
Voteee dan koment dong mantenan.

(Un)CoveredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang