Sejak tadi aku terus memikirkan tatapan tajam Bian yang ia tujukan padaku. Aku tak tahu apa maksud dari semua itu, saat aku sedang makan di kantin Bian tak henti-hentinya menatapku seperti itu. Aku tidak takut sih hanya saja sedikit tidak nyaman. Tatapan tajamnya bahkan masih teringat jelas di kepalaku. Mata itu menatap dengan dingin hingga membuat siapapun yang melihatnya seakan membeku tak berdaya. Aku tahu tingkah Bian kadang memang tidak jelas. Tapi tetap saja ia mengerikan.
Bel tanda pembelajaran sudah berakhir pun berbunyi, aku bergegas keluar kelas. Aku berjalan sendirian menuju gerbang namun baru saja sampai di depan UKS seseorang menahan tanganku dan menariknya dengan kasar.
"Apaan sih?" Tanyaku masih dengan posisi di tarik oleh orang sialan ini. Siapa lagi kalau bukan Bian. Ia tetap menarik tanganku walau aku sudah berusaha melepaskan pegangannya. Bahkan Bian tidak menoleh saat aku memanggilnya. Ada apa sih?
Bian menghentikan langkah kakinya didepan Laboratorium Komputer yang lumayan sepi karena posisinya di ujung sekolah. Dia melepaskan tanganku dan membalikkan badannya ke arahku.
Aku segera menarik tanganku yang terlihat memerah dan mengusap-usapnya. Ini sedikit sakit hey!
"Sakit bego. Lagian ada apaan? Mau minta tolong kerjain tugas lagi?" Sinis ku.
"Ga. Lu masih nanya kenapa? Serius?" Jawab Bian dengan nada yang tak kalah dingin.
"Iyalah orang gue gatau apa-apa,"
"Gue berantem sama Dila..."
Aku menatapnya sinis, ya terus? Apa masalah nya denganku?
"Dan itu gara-gara lu," lanjutnya.
Kok aku sih?
"Lah? Salah gue apaan anjir?!"
"Coba aja pas sabtu lu ga main ke rumah gue. Udah pasti ga akan berantem,"
"Lah kan lu yang nyuruh gue ke sana. Kok lu seenak jidat nyalahin gue?!" Elakku. Memang benar aku tidak salah kan?
Bian memutar kesal bola matanya lalu mendengus.
"Kemaren waktu gue anter lu pulang, temennya Dila liat terus di aduin kan. Abis itu Dila teleponin gue tapi ga gue angkat karena gue abis nganterin lu kan nongkrong tuh. Dia nyangkanya gue selingkuh sama lu," jelasnya panjang lebar. Apa sih? Jadi letak kesalahanku dimana?
"Lah itu mah salah lu dong! Lu jangan childish lah, Bi! Disini gue ga ada keterlibatan ya,"
"Ya tapi, Ra! Kalo lu ga pulang bareng gue senggaknya ga bakal gini."
"Lu ga malu? Ini hubungan lu, Bi. Kemaren kan lagian lu yang nawarin balik bareng. Kenapa semuanya jadi salah gue? Keterlaluan tau ga? Gue udah males ya. Ok gue masih sabar soal yang kemaren-kemaren. Waktu lu nyuruh gue balik sendiri setelah gue nunggu lu, waktu lu dengan gatau malunya pacaran sama Dila sedangkan gue sibuk bantuin tugas lu, waktu lu minta gue bantuin pdkt-an lu sama dila bahkan sampe gue drop. Gue bukannya pamrih atau gimana tapi gue sengaja biar lu mikir. Ga egois asal nyalahin orang," balasku. Bian terdiam.
"Makin ke sini makin bego heran. Mana lu yang dulu? Lu yang sering marahin gue kalo gue ngelakuin hal tolol. Masalah ginian aja nyalahin gue. Sekarang gue nih yang harus beresin masalah lu?"
ia masih diam. Aku merogoh ponselku dan mencari nama Dila yang pernah Bian kirim. Saat sudah kutemukan aku meneleponnya.
"Halo, siapa ya?" Tanya Dila.
"Ini Eyra. Gue ga ada hubungan apa-apa sama Bian jadi lu jangan marah atau ngambek ya. Soal kemaren balik bareng itu emang gue yang maksa dia soalnya gue ga ada ongkos. Gue yang salah maaf ya," bohongku. Bian mencoba merebut ponselku namun ku akhiri dengan cepat panggilan itu.
"Sesuai omongan lu, gue yang salah. Gue duluan,"
Aku memasukkan ponselku ke kantong dan segera pergi dari sana. Bian tidak menahanku, bahkan memanggilku pun tidak. Huft persetan! Siapa peduli dengan orang childish sepertinya? Jika kalian pikir aku baik-baik saja kalian salah. Sejak tadi aku menahan air mata. Cengeng bukan? Tapi sungguh disalahkan saat kau tak melakukan apa-apa itu menyesakkan. Ditambah kejadian-kejadian sebelumya. Mulai sekarang aku akan menjaga jarak dengan si kampret Albian. Aku menghembuskan napas kasar lalu melanjutkan jalanku.
Aku harap ucapanku barusan busa sampai ke otaknya dan bisa ja olah dengan baik.
To be continue
Thanks for reading
Vote n comment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Covered
Teen Fiction"Lu itu kayak Jepang tau nggak, sih? Dateng disambut seneng karena dianggap pembebas dari penjajah Belanda tapi nyatanya Jepang juga ngejajah. Nah kalo lu itu dateng ke idup gue, ngelepasin gue dari seseorang dan masalah gue. Tapi akhirnya gue malah...