Aku membaringkan tubuhku di karpet tipis yang di gelar di kelas, ini jadwal kami untuk tidur. Peserta yang lain juga tampak lelah. Aku memakai jaket tebalku dan memposisikan untuk tidur. Dan saat ini jam menunjukkan pukul setengah dua belas.
"Woi, gue ga bisa tidur," bisik Shila yang sangat mengganggu ini padahal baru saja aku bisa tidur, aku mengabaikannya dan tetap memejamkan mata. Aku terlelap.
"Woi bangun anjir su." Rasanya aku baru terlelap lima menit lalu namun samar-samar aku mendengar suara kericuhan dan suara Shila yang mencoba membangunkanku.
Aku membuka mata dengan malas saat seseorang mengguncang tubuhku.
"Apaan sih, Shil? Ngantuk, baru juga tidur."
Shila menampar pipiku kencang, dia tidak main main ini sakit!
"Jingan sakit," umpatku lalu duduk.
"Itu panitia udah marah marah anjir nyuruh peserta ke lapangan."
Aku menoleh ke kiri dan kanan... Sepi. Aku melihat ponselku yang menunjukkan pukul setengah tiga pagi.
Shila tak membiarkan aku bertanya, ia menarikku dengan sedikit berlari menuju lapangan. Aku yang masih mengantuk hanya mengikutinya.
Aku berjalan menuju barisan paling belakang... lapangan sudah terisi barisan anak para peserta calon osis. Aku menguap dan menutup mulutku dengan tangan.
"YANG PALING BELAKANG! SIKAP SEMPURNA!" Aku tersentak dan sadar sepenuhnya dari kantuk ku.
"KALIAN TAHU SAYA MENGUMPULKAN KALIAN UNTUK APA?" Teriak salah satu panitia yang mukanya hitam karena gelap itu. Aku sudah paham bahwa orang ini sudah tak sabar untuk memarahi kami. Pasti dulunya ia dimarahi osis juga makanya sekarang ia bergabung dengan osis agar bisa melakukan hal yang sama ke calon anggota osis. Biasanya begitu sih.
Aku mengacungkan tanganku.
"Ya? Apa jawabannya?" Kata orang itu.
Jawaban apa? Siapa yang mau menjawab?
"Izin ke toilet ka. Kebelet."
Aku memang sejak tadi menahan pipis sejak aku akan tidur tapi karena aku takut ke toilet sekolah jadinya ku tahan dan ini sudah di ujung.
"Kamu gatau situasi, ha? Mikir!"
Lah? Mikir apa? Aku hanya ingin pipis ya tuhan kenapa di marahi? Tanganku sudah panas dingin karena tak tahan.
"Ayo lah kak. Plis ga nahan ini, kaka mau kantung urin saya pecah atau saya ngompol disini?" Paksa ku sambil berjongkok.
"Alesan berdiri gosah manja," ketusnya.
Mendengar nada bicaranya sepertinya dia Lena si ketua OSIS. Manja apanya? Orang ingin pipis di sebut manja aneh.
"Udah biarin asal jangan lama-lama,"
Kata seseorang yang sepertinya panitia juga. Oh shit guardian. Thanks god...
"Ok boleh kalo berani dan jangan lama," kata Lena.
Aku berjalan ke depan dan melihat sekeliling. Gelap!
"Shil temenin!" Ajakku yang hanya di balas dengan angkatan bahu acuh.
"Toilet angker loh," celetuk Kak Daffa. Sudah dapat izin malah ditakuti. Kenapa panitia banyak yang sentimen ya allah ya tuhan.
"Ga peduli. Lebih sereman senior yang ngamuk ngamuk," sindir ku lalu berlari menerobos kegelapan.
Aku menarik nafas lega setelah buang air dan segera berlari menuju lapangan. Ini menakutkan, sunyi, gelap, dan suara jangkrik sialan. Posisi lapangan dan toilet juga cukup jauh. Aku harus ke ujung bangunan dan melewati beberapa lorong kelas dengan penerangan seadanya. Bukan mati lampu, sepertinya panitia sengaja mematikan banyak lampu agar suasana lebih mencekam.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Covered
Teen Fiction"Lu itu kayak Jepang tau nggak, sih? Dateng disambut seneng karena dianggap pembebas dari penjajah Belanda tapi nyatanya Jepang juga ngejajah. Nah kalo lu itu dateng ke idup gue, ngelepasin gue dari seseorang dan masalah gue. Tapi akhirnya gue malah...