Tiga puluh lima

4 0 0
                                    

Moodku benar-benar hancur hari ini. Bagaimana tidak? Si kampret Albian dengan tanpa dosanya mengajakku pergi lagi setelah apa yang ia lakukan tadi padaku? Sialllll

"Udahlah gosah pundung ama babang," kata Bian sambil mencolek daguku. Apa sih?
Menjengkelkan, tentu saja rasa kesal masih ada.

Oh ya kini kami berada di sebuah minimarket, untuk membeli sesuatu tentunya.

"Ra, enaknya gue kasih apa lagi ya buat si Dila?" Tanya Bian sambil memperhatikan sekitar. Ia mencari sesuatu untuk di berikan pada Dila tentunya. Baru juga memberi cokelat, sekarang ia mau memberikan sesuatu lagi?

"D*rex," jawabku asal. Bian melotot lalu memukul jidatku keras.

"Mulut!" Tegurnya lalu menyentil bibirku.

Aku mengaduh dibuatnya. Ini sakit! Lagian kenapa dia menanggapinya serius? Aku kan cuma bercanda.

"Impas," kataku lalu menyentil bibir Bian dengan kuat. Jangan main-main! Dulu aku pernah menjadi juara menyentil terbaik saat bermain kelereng.

Bian terlihat tak terima ia berusaha membalas ku lagi. Namun, aksinya terhenti saat aku mulai bicara, "Gue tau lu harus kasih apa,"

Bian menatapku tak sabar dengan sorot mata tajam yang berbinar. Ia tampak senang sepertinya.

"Kasih racun."

"Si bangsat! Serius gue," kesalnya. 

"Gue serius juga. Siapa tau di rumahnya banyak tikus, kan kalo lu kasih racun tikus bakal berpaedah. Daripada lu kasih cokelat mulu. Mencret terus dah tu perut dia," jelasku panjang lebar.

Bian manggut-manggut sambil memegang dagu nya. Apa sih? Sok keren!

"Bener sih. Tapi ga gitu juga anjir,"

"Lagian lu mau tiap hari ngasih ini itu ke dia? Lu mau jadi pacar ato toserba?"

Benar bukan? Bian terlalu banyak memberikan ini itu. Sudah seperti toko serba ada saja!

"Bukan masalah toserba, Ra! Ini yang disebut perjuangan cinta," balas Bian.

Aku bergidik ngeri mendengarnya. Bagaimana bisa ia berubah menjadi budak cinta yang lebay dalam waktu sekejap?

"Perjuangan? Eh taunya nanti di tolak," celetuk ku sambil menahan tawa.

Senyuman yang sedari tadi ada di wajah Bian luntur.

"Jangan gitu lah. Doa tu yang bae."

"Semoga di terima..."

Perlahan senyum Bian kembali muncul saat mendengar doaku.

"DI SISI TUHAN," lanjutku dengan suara agak keras.

Bian mendengus lalu berusaha memukul jidatku seperti biasa. Namun, sebelum itu terjadi aku sudah lebih dulu kabur darinya. Aku tidak mau jidatku lembek karena dipukul Bian mulu ya.

Kami pun selesai berbelanja, lebih tepatnya Bian sih. Aku cuma melihat lihat.

"Lah anjir ini ko ada susu?" Bingung Bian saat melihat ada sebuah susu kotak di kantong belanjaan nya.

Aku hanya tersenyum bodoh, sebenarnya itu aku yang menambahkan susu ke keranjang belanjaan Bian. Habisnya aku haus hehe.

"Ongkos jalan hehe. Gue aus," ucapku.

Bian memutar bola matanya malas lalu memberikan susu kotak itu padaku.

"Ra! Kira-kira enaknya gue nembak Dila kapan ya?" Tanya Bian.

Aku berhenti minum dan memandangnya. Apa ia akan menembak Dila secepat itu? Kenapa ia terburu-buru?

"Buru-buru amat maseh. Ga bakal ada yang ngambil crush lu," ucapku dengan nada sinis. Entahlah bawaannya ingin sewot saja saat membahas Dila.

Tapi aku tahu ini bukan cemburu! Aku hanya kesal karena Dila aku jadi harus membantu PDKT mereka. Ini hanya kesal!

"Ko sewot? Cemburu lu?" Tanya Bian dengan senyum sialan nya itu. Jelas sekali ia mengejekku lewat senyumannya

"Lawak lu? Nih minum biar otak lu jalan," ucapku lalu memasukkan sedotan yang terhubung dengan susu kotak ini ke mulut Bian.

Sejujurnya aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Kalau aku kesal bisa salah paham dia. Pastinya ia akan menggapai ku cemburu lalu mengejekku.

"Gue bukan takut dia di ambil orang, Ra."

"Terus?"

"Takut guenya yang ke buru diambil orang," ucapnya dengan percaya diri. Tapi ia buang begitu juga tidak salah sih. Karena kenyataannya memang ada saja cewek yang suka dengan Bian. Misalnya adik kelas yang selaku melirik Bian dan ada juga beberapa cewek yang mengirim pesan kepada Bian, mengajak kenalan, meminta save back dan lain-lain. Tapi tetap saja sikap percaya dirinya itu sangat menyebalkan.

To be continue
Thanks for reading
Vote n comment guys

(Un)CoveredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang