lima puluh tiga

5 0 0
                                    

Aku menarik nafas lega saat sudah menyelesaikan tugas negaraku. Yaitu menjemur pakaian, tugas ini di berikan langsung oleh ibu negara. Kalau berani menolak bisa dirajam aku...

Aku melakukan perenggangan badan sebentar dan memicingkan mataku saat melihat pria yang sedang mengintip ke rumah yang ada di seberang. Pria itu menggunakan Hoodie dan kupluk. Mencurigakan!

Dengan sigap aku berlari ke arahnya dan memukul pria itu dengan keset rumahku.

"Maling kan lu? Pegi lu! Mau gue teriakin?" maki ku sambil terus memukulinya.

"Wah anjing! Apaan sih nih?" Ucap maling mencurigakan itu sambil memegang kesetku dan membalikkan tubuhnya.

Pria itu menatapku ganas, aku balik menatapnya ganas dan menyadari suatu hal. Lalu ku tarik kupluk nya ke belakang dan benar saja, itu Bian.

Apa-apaan? Pagi-pagi sudah menyamar menjadi maling ?

"Sakit bego," ucapnya lalu membungkus wajahku dengan keset yang ku bawa tadi. Ngomong-ngomong keset ini bersih. Kan baru aku cuci hehe...

Aku melepas keset itu dan membulatkan mataku. Lalu aku mendorong badan Bian menjauh dari rumahku. Bisa bahaya kalau ibu liat. Aku kan sering bernyanyi di kamar mandi sambil meneriakkan nama Bian. Ini bahaya, kalo ibu tahu bisa abis aku diledek.

"Apaan sih anjir?" Berontak Bian.

Aku mengawasi sekitar. ok sepi bagus. Aku bukan mau mojok dengan maling palsu ini btw.

"Lu mau ngapain kesini anjir? Bukan mo maling kan?"

Bian menyentil jidatku, apa sih?

"Gue nyari rumah lu, gue kira yang tadi gue intipin," jelasnya.

"Terus?"

"Mo ajak lu ke sekolaan. Temenin gue kasiin medali."

Oh ya ini sudah seminggu sejak Bian tanding. Dan selama itu pula aku tidak berhubungan dengan Bian baik lewat ponsel maupun langsung. Aku menghindar lagi hehe... Aku terlalu malu jika mengingat kejadian di mobil saat akan pulang. Ok skip

Aku terdiam ketika teringat kembali akan kejadian itu. Ah sial! Memalukan woiii!

"Ayok!" Ajak Bian sambil menggandengku. Ah tidak tidak, menarik tanganku.

"Apa si anjir? Lu ga liat? Gue cuma pake celana selutut, kaga pake sendal, bawa keset, mana gue ga pake baju lagi langsung pake jaket. Ga! Ga, gue gamau," tolakku

"Harus mau atau gue bilangin emak lu kalo lu pacaran ama gue," ancaman macam apa ini?

Akhirnya aku pasrah dan segera berlari ke rumah untuk memakai sendal dan menyimpan keset itu. Masa iya di bawa bawa kan?

"Lutut lu udah gapapa, Bi?" Tanyaku saat kami sudah menaiki motor.

"Ha? Kentut ? Lu kentut?"

Aku memutar bola mataku malas. Memang tidak akan benar jika mengobrol di motor. Kami pun diam selama perjalanan. .

Setelah sampai Bian segera memberikan medali itu ke kantor. Ko dia mau ya dimanfaatkan sekolah? Padahal kan itu hasil sendiri.

(Un)CoveredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang