Enam Belas

5 1 0
                                    

Malam minggu yang seharusnya ku lakukan dengan bersantai di rumah dirampas begitu saja oleh kegiatan kurang kerjaan ini. Aku menatap lurus ke depan dengan terus menahan kantuk yang terus saja mengajakku untuk tertidur. Aku bosan mendengarkan pemateri sejak tadi pagi dan ini sudah jam sepuluh malam.

Pemateri terus menjelaskan mengenai
attiude, siapa peduli? Aku duduk di lantai yang tidak dilapisi karpet karena aku duduk di paling belakang. Bokongku terasa dingin bersentuhan dengan keramik ditambah angin yang berhembus di kulit, aula di sini memang terbuka. Jadi, angin bisa terus bergantian keluar masuk aula ini Sial, aku memeluk lututku padahal sudah pakai jaket tapi rasanya sia sia. Ku gosokkan tanganku agar terasa hangat.

Aku melirik ke arah Shila, dia terlihat tenang-tenang saja, oh tentu Reza pacarnya kan anggota MPK dan otomatis dia ikut kegiatan OSIS juga.

"Ga perlu alay ampe nunjukin banget kalo lagi kedinginan," celetuk seseorang dari belakang. Cahya!

"Biar di perhatiin paling idih," tambah seseorang.

Aku yang awalnya acuh pun menoleh, itu Cahya dan ah tidak tahu tapi sepertinya ia anggota MPK sama seperti Reza dan Cahya. Dengan tatapan sinis aku melirik mereka dan berkata, "Bacot, ga ngebantu."

Aku pun lanjut mendengarkan pemateri, percuma saja meladeni Cahya si mulut lemes.

"Oi stt," panggil seseorang sedikit berbisik aku celingukan mencari sumber suara.

Dan ternyata itu Bian yang duduk di depan hanya terhalang dua orang. Aku menatapnya bingung lalu ia melemparkan minyak kayu putih. Ok Bian memang baik aku menerimanya dan segera memakai di leher dan tangan. Penyelamat.

"Ini saya sita,"

Apa lagi sih? Itu si Dasi sialan , ia mengambil minyak kayu putih dariku lalu ia berjongkok dan menatapku.

"Kamu pikir ini rumah kamu bisa seenaknya?"

Apa sih? Cuma memakai minyak saja bagai memakai ganja. Lebay!

"Kakak pikir kakak Tuhan? Tuhan aja ga larang saya pake kayu putih, lagian ya kalo saya masuk angin terus kembung, kakak mau tanggung jawab?"

"Tanggung jawab apa? Saya ga hamilin kamu," jawabnya.

Aku memutar bola mataku malas dan mengangkat tangan untuk bertanya pada pemateri.

"Pak kalau orang menghujat dan menyindir nyindir itu termasuk bad attitude, kan? Terus gimana atasin nya, pak? Harus sumpel mulutnya atau bales hujat pak?" Tanyaku.

Aku tidak tahan berdiam diri dengan lingkungan yang seolah menyudutkan ku. Semua nya menatapku kaget. Lagian ini acara apa sih? Bimbingan mental dan karakter tapi panitianya sampah. Mereka terus saja menjelekkan, mencibir dan menyindir peserta. Tidak hanya aku.

Aku tidak terlalu peduli dengan jawaban pemateri itu. Tujuan aku bertanya adalah agar panitia sok keras ini berpikir. Setelah pemateri menjawab aku izin untuk ke toilet lebih tepat nya mencari si Dasi sih. Aku pun mendatangi ruang panitia yang beranggotakan OSIS dan MPK yang sudah inti dan senior. Mereka sedang duduk-duduk santai sambil bercanda gurau apa apaan ini? Bisa-bisanya.

Seseorang menghampiriku dan menanyakan apa keperluanku kesini.

"Nyari kak Das,,,, eh cari Kak Daffa."

Orang itu mengangguk dan memanggil Daffa. Lalu Daffa muncul dan menghampiriku.

"Mau ambil kayu putih," ucapku tanpa menengok.

"Enteng banget ngomongnya," balasnya.

"Gue butuh itu, gue alergi dingin lu mau gue kena hipotemia terus mati?" Jelasku sambil menunjukkan lenganku yang mulai kemerahan. Ok kali ini bukan gimmick, aku benar-benar ada alergi. Jika di biarkan ruam di kulitku akan semakin banyak.

"Alay."

Astaga orang sakit malah di katai aneh.

"Kalo mau ambil di Lena,"

"Lena siapa kak?"

Lena siapa?

"Ketua osis, ayo saya anter," kata Daffa lalu jalan mendahuluiku. Aku mengikutinya sambil menggosokkan tangan.

Oh jadi si Ketua Osis ketus itu bernama Lena.

Lalu kami sampai di koridor sekolah yang biasanya ramai. Oh ya bimbingan mental ini memang di adakan di sekolah.

Disana ada Bu Tini sang pembina OSIS dan Lena dengan beberapa anak OSISMPK yang lain.

"Bu nih parasit satu mau ambil kayu putih," kata Daffa.

Parasit ? Apa-apaan?

"Saya alergi dingin saya butuh itu. Lagian itu bukan punya saya," jelasku.

"Mau obat?" Tawar Bu Tini sambil memberi kayu putih. Ah syukurlah ia tidak banyak bertanya.

Aku menggeleng.

"Bu saya mau nanya sekaligus ngasih kritik membangun... Anak OSIS dan MPK itu memang suka ngatain orang, nyita barang sama nyiksa orang ya? Kayanya ga cuma saya yang harus di bimbing mentalnya tapi juga senior disini," ucapku. Sejenak terjadi keheningan. "Lagian saya malah ngerasa kay lagi pelatihan survival."

Bu Tini menatapku begitu juga yang lain, "Maaf sebelumnya ya. Mereka juga salah, saya tidak menyuruh untuk menyita barang-barang seperti ini. Yang saya suruh adalah menyita barang elektronik, rokok, benda tajam dan make up. Mungkin ada kesalahpahaman," jelasnya.

Aku mengangguk mengerti. Tanpa banyak protes aku berterima kasih kepada guru itu lalu berjalan menuju aula. Terdengar Bu Tini mulai mengomel ke para panitia. Rasakan! Aku pun sampai di aula dan duduk.

"Ko lu pindah?" Tanyaku pada Bian yang saat ini duduk di belakang dengan aku di sebelahnya.

"Suka-suka lah! Di depan ga bisa maen hp."

Bian melirikku ah tidak, ia melirik tangan dan leherku.

"Itu tangan ama leher lu kenapa anjay? Abis ngapain lu su? Di cupang ama siapa?"

Aku melotot kaget dan mencubit tangannya hadeuh otaknya.

"Alergi... makasih," kata ku lalu meraih tangan Bian dan menyimpan kayu putih ditangannya.

"Anjir dingin bat. Lu gapapa kan?" Tanya Bian saat merasakan dinginnya tanganku. Oh ya tangan Bian hangat.. ia menggosokan tangannya dengan tanganku. Bian sialan apa apaan sih? Aku memalingkan wajahku. Malu weh.

"Lu ngapain eh malu." Aku menarik tanganku.

"Ga da yang liat, ntar lu ikut gue ambil sarung tangan."

"Buat paan?" Tanyaku.

"Balapan. Ya buat lu pea tar malem kan malem puncak waktunya babu sekolah marah marah, lu ga bawa sarung tangan kan?

Oh benar juga Bian aku pun mengangguk paham dan kembali mendengarkan penjelasan.

Dasar Bian, kenapa hari ini ia sangat baik. Tapi terkadang aku tak mengerti dengan tingkahnya, kadang ia menyebalkan tapi terkadang juga ia menjadi sangat manis. Jika sifat menyebalkannya itu tidak ada mungkin aku sudah baper sendiri. Tapi ya... jangan khawatir. Saat ini perasaanku masih utnuk Ryan sih hehe...

To be continue
Thanks for reading
Vote n comment guys

(Un)CoveredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang