Want to Know Him Better

1.7K 73 1
                                    

"Bersiaplah jika kau sudah tidak apa-apa. Kita bisa pulang sekarang." ujarnya lembut sambil beranjak meninggalkanku. "Aku akan menunggumu di bawah, take your time Thea tidak perlu terburu-buru." tambahnya sebelum ia benar-benar menghilang dari pandanganku.

***

Sudah seminggu sejak kejadian di Villa. Hubunganku dengan Jose tidak banyak berubah. Kami masih berkomunikasi melalui chat what's app dan beberapa kali ia masih sering menghubungiku melalui telepon. Selama seminggu ini Jose tidak pernah membahas apapun menganai kejadian di Villa. Bahkan seperti tidak terjadi apa-apa.

Aku akan menginap lagi akhir pekan ini di rumah Tata, kali ini karena Tata sedang sendiri. Al sedang perjalanan bisnis. Tatapun sebenarnya sedang tidak enak badan, jadi Al memintaku menemani saudariku itu agar ia tidak bepergian. Saat ini aku sudah di dalam mobil dengan supir Al yang mengantarku ke kediaman majikkannya.

"Theaa. Aku sudah menunggumu." sapa Tata begitu melihatku memasuki ruang keluarga. Tata menghampiri dan memelukku. "Kau akan datangkan?" tanya Tata begitu kami sudah duduk. Aku melihat heran ke arah Tata, mengapa dia harus menanyakan hal yang sudah ia tahu jawabannya. "Aku rasa aku tidak di butuhkan, jadi aku tidak akan datang." jawabku. Tidak berapa lama Bi Sumi datang membawakanku ice tea. "Terima kasih Bi." ujarku ketika ia akan beranjak dari hadapanku. Bi Sumi hanya tersenyum lalu kembali ke dapur.

"Kau tahu, dia sudah menyesal. Tidakkah kau ingin memafkannya?" tanya Tata lagi. Aku hanya diam memikirkan pertanyaan Tata sebelum aku menjawabnya. "Aku sudah memaafkannya Ta, sungguh." jawbaku. "Hanya saja aku belum siap untuk menghadapinya." tambahku sambil menghela nafas. Aku lelah harus membahas ini. Aku sadar banyak hal yang aku hindari untuk dibicarakan. "Tahun ini saja, bergabung dengan acara ini." kali ini aku merasa Tata benar-benar memaksaku. Bahkan tahun-tahun sebelumnya dia membiarkan aku tidak pergi dengan mudah.

Aku diam tidak menanggapi perkataannya kali ini. Sampai akhirnya Tata kembali membuka suara. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu saat ini. Acaranya masih bulan depan. Kau bisa pikirkan baik-baik." dengan itu Tata meninggalkanku ke kamarnya. Aku menyandarkan tubuhku di sofa empuk ini. Tata mungkin kecewa karena aku terus menghindar. Aku belum sanggup menghadapi orang dalam masa lalu kelamku. Mungkin Tata berpikir seharusnya aku tidak terus terpuruk begini. Hanya saja aku tidak punya keberanian itu. Akupun beranjak menuju kamarku. Beristirahat sejak mungkin akan menjernihkan pikiranku. Tata tidak tahu apa yang terjadi seminggu lalu, panic attack yang sudah lama tidak kurasakan tiba-tiba kambuh, bagaimana mungkin aku siap untuk bertemua papa bulan depan. Akar segala traumaku.

***

drrt.. drrt..

Getaran pada ponselku mengusik tidur siangku, aku bangun dan melihat siapa penelponku. Begitu nama Jose tertera tanpa sadar rasa senang menghampiriku dan aku tersenyum.

"Halo." sapaku ketika sudah mengangkat panggilannya. Aku yakin Jose menyadari suara senangku ketika mengangkat panggilannya.

"Hai." balasnya. "Kau sibuk hari ini?" tanya Jose.

"Tidak, aku sedang menginap di rumah Tata dan aku baru saja bangun dari tidur siangku." jawabku mejelaskan kegiatanku akhir pekan ini.

"Apa aku mengganggu tidurmu?"

"Tidak Jose, sungguh. Ini memang sudah waktunya aku bangun. Ada apa?"

"Sungguh tanpa basa basi." balasnya pada pertanyaanku. Aku hanya tersenyum malu, walau aku tahu dia tidak bisa melihat betapa malunya diriku. "Makan malam bersamaku?" tawaran itu berhasil membuatku semakin mengembangkan senyumku. Tapi aku harus menolaknya kali ini. Bagaimana bisa aku meninggalkan Tata sendirian. Aku harus memperbaiki pembicaraan tadi siang.

Love is Healing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang