ALERT 21+!!!
Buat readers yang masih dibawah 21 boleh untuk undur diri.
"Not Jo, Thea. I want you to call me Sir if just two of us and call my name if we're in public." mendengar penjelasannya aku mengulangi jawabanku sekali lagi. "Yes, sir." Jose menampilkan senyum smirknya ketika mendengarku mengucapkan yes sir.
***
Aku sedang berlutut dihadapan Jose. Ia memintaku untuk berlutut dan tidak berpakaian ketika sedang bersamanya, ia mengatakan bahwa ia senang melihatku telanjang. Jika kalian berpikir aku selalu berlutut sebenarnya tidak juga, jika makan Jose tetap memintaku makan di meja makan dan tetap tidur di tempat tidur. Ia benar soal ia tidak akan memperlakukanku seperti binatang. Setelah aku memutuskan untuk menjadi submisifnya ia memintaku untuk tinggal sampai hari minggu. Jose mengatakan kita akan mencobanya perlahan. Aku menuruti permintaannya setelah selesai menandatangani kontrak yang ia serahkan. Hubungan seperti ini akan aku lalui selama tiga bulan, dan Jose juga akan memperlakukanku seperti kekasihnya jika kita sedang berada di luar.
"Ikut aku Thea." ujarnya sambil beranjak dari meja kerjanya. Aku berdiri dan mengikuti langkahnya, aku harus berjalan dibelakangnya. Tidak banyak aturan yang Jose berikan. Hubungan ku dengan Jose saat ini pernah aku rasakan ketika dengan Christ. Harus sesuai aturannya. Aturannya hanya seputar aku harus berperilaku baik, jika berteriak atau membentak, tidak menyembunyikan apapun alias harus selalu jujur padanya, tidak boleh dekat dengan pria lain, tidak boleh mengumpat, dan harus patuh terhadapnya. Ia mengatakan ia bukan seorang sadistic, ia hanya suka mengontrol segala hal agar semuanya sesuai pada kemauannya.
"Berbaringlah." bisiknya tepat ditelingaku. Aku menuruti perintahnya tanpa bertanya dan membantah. Aku membaringkan tubuhku diatas tempat tidur. "rentangkan kedua kakimu." perintahnya lagi dan aku melakukannya. "Lebih lebar, sayang." kembali aku melakukan apa yang ia perintahkan. "you're beautiful, baby." ujarnya seduktif. Aku merasa wajahku memanas malu karena ia mengatakannya setelah melihatku telanjang hampir satu harian ini. Jose berjalan menuju lemari yang terletak di sudut kamar, ia membuka salah satu lacinya dan mengambil sesuatu yang sudah aku tahu. Alat itu bisa memberikanmu kenikmatan namun bisa juga menjadi alasan untuk menghukummu. Aku pernah merasakannya dan aku menggeleng ketika Jose mengahmpiriku dengan alat itu, menandakan aku tidak ingin ia menggunakan itu. "No, sir. Please." ujarku, air mataku hampir merembes jika tidak kutahan. Mantan suamiku selalu menggunakan alat itu sebagai hukuman untukku, untuk memberikan denial orgasm and i don't like that!
"Kau tahu alat ini Thea?" tanyanya. "Yes, sir. I know that tools. A vibrator." jawabku lirih. "Kau sudah pernah mencobanya?" tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku. "Aku butuh jawaban Thea, bukan hanya anggukanmu." suaranya terdengar geram sekarang. Aku mengatakan dengan keraguan yang besar. Aku merasa terlalu cepat untuk memberitahunya tapi mungkin tetap harus kulakukan kalau aku mau hubungan kali ini berhasil. "Aku sudah pernah menggunakannya, Sir. Dengan mantan suamiku." jawabanku membuatnya melepaskan benda yang sedang ia pegang. "Kau sudah pernah menikah?" tanyanya lagi, aku yakin ia terkejut tapi ia dengan cepat menyembunyikan itu. Kali ini aku tidak menjawab apapun, mungkin sudah saat aku menceritakanya. Iapun duduk di pinggir tempat tidur.
"Apa aku boleh duduk disebelahmu, sir?" tanyaku ketika ia sudah duduk di pinggir tempat tidur terlihat frustasi, apa dia kecewa karena aku sudah tidak perawan? Ia menepuk pahanya agar aku bisa duduk dipangkuannya. "Mengapa kau tidak menceritakan apapun tentangmu Thea?" bisiknya ketika aku sudah dipangkuannya.
"Aku takut." jawabku lirih. Aku takut Jo, kau akan kecewa dan aku akan kehilangan dirimu. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan sebenarnya tapi aku merasa sangat nyaman bersama denganmu. "Apa yang kau takutkan?" tanyanya lagi. "Aku rusak, sir." jawabku masih dengan suara yang sangat pelan. Jose memelukku sangat lembut. "Kau mau menceritaknya?" tanyanya lagi dengan berbisik ditelingaku. Aku menganggukkan kepalaku. Setelah itu ia memintaku menggunakan kaosnya yang jelas sangat kebesaran di tubuhku dan tidak memberikanku dalaman. Itu tandanya aku hanya akan menggunakan kaos ini. Ia mengajakku ke meja makan, membuatkanku susu cokelat panas dan kopi untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Healing
RomanceTakdir cinta tidak pernah salah. Berkali-kali pun kau terjatuh karena cinta, takdir cintamu akan tetap datang. Seperti malaikat penyembuh yang menyembuhkan lukamu dari 'jatuh cinta' yang lalu. Menyembuhkan kesakitan dari lukamu di masa lalu. Takdir...