Escort Him

1.8K 78 5
                                    

Mungkin pahitnya hidup yang aku lalui ketika kecil terbayar karena aku memiliki Tata, Grace, Al, dan Matt. Malam itu aku tersadar bahwa aku juga memiliki keberuntunganku.

***

Akhirnya hari sabtu tiba, hari dimana aku akan menemani Jose. Saat ini aku sedang duduk di meja makan bersama Al dan Tata untuk makan siang. Makan bersama mereka sebenarnya mengasikkan, aku terlalu sering menikmati kesenderianku.

"Jam berapa kau akan pergi? Biar aku meminta supir mengantarmu nanti." ujar Al sambil menyantap suapan terakhirnya. Aku mengangkat kepalaku menatapnya, bagaimana aku mengatakan bahwa jose akan menjemputku. Aku tidak ingin membuka hubungan semingguku dengan Jose siang ini.

"Tidak perlu Al. Aku akan dijemput nanti." sambil mengatakan hal tersebut akupun ingat bahwa harus memberi tahu Jose bahwa aku sedang tidak di apartemenku.

"Dengan siapa kau akan pergi The?" tanya Tata kali ini. Kakak super kepoku. Meski begitu aku sangat menyayanginya. Mungkin tidak apa jika aku memberitahunya.

"Jose." jawabku. Tata membelalakan matanya seakan tak percaya aku akan pergi dengan seorang pria. "Jose Marillo? Pria yang kita temui di acara Grace?" kujawab pertanyaan Tata dengan anggukan kepala. "Bagaimana bisa?" tanyanya lagi.

"Aku akan menceritakannya nanti, oke?" Tata memicingkan matanya. Mungkin menurutnya aku sangat menyebalkan akhir-akhir ini karena banyak hal yang belum aku ceritakan. "Baiklah." jawabnya akhirnya.

***

Tepat jam 6 sore Jose sudah duduk di ruang tamu rumah Al, menungguku. Aku menghampiri Jose yang sedang berbincang dengan Al. Mereka berdua cepat akrab sepertinya. Pembicaraan mereka hanya seputar bisnis.

"Hai." sapaku yang jelas aku tujukan untuk Jose. Menginterupsi mereka dari orbrolan yang sedang mereka lakukan. Jose menatapku, tatapan yang cukup membuatku bersalah karena menginterupsi pembicaraan mereka. Aku hanyak menyapa memberitahukan kepada dua pria ini akan kehadiranku. Namun sedetik kemudian tatapan itu berubah menjadi senyum khas Jose.

"Kau cantik." pujinya. Membuatku tersipu. Padahal malam ini aku hanya mengenakan dress offshoulder berwarna putih polos dan hanya memoles wajahku sedikit dan membiarkan rambutku tergerai. Tata membantu sedikit agar rambutku tidak terlihat sangat lurus, dia membuat sedikit bergelombang. Aku tidak tahu makan malam ini seformal apa atau sekasual apa, tapi melihat pakaian rapi Jose aku yakin aku tidak salah kostum malam ini.

"Thanks." jawabku. "Apakah kita akan berangkat sekarang Jo?" tanyaku sedetik kemudian. Mengingat ini adalah sabtu malam dan sudah menjadi rahasia umum bahwa jalanan akan lebih padat dari biasanya. Dia hanya mengangguk dan mengulurkan tangannya, aku membalas uluran tangan tersebut dan berdiri mensejajarkan tubuhku disampingnya. "Al aku pergi dulu. Tolong sampaikan pada Tata. Jangan menungguku kalau aku sampai larut." ujarku pamit kepada kakak iparku itu. Al hanya tersenyum dan mengangguk, lalu mengatar aku dan Jose sampai ke pintu depan.

Jose membukakan pintu penumpang untukku, setelah aku masuk dan duduk manis, Jose beranjak menuju kursi kemudi. Sepanjang perjalanan kami hanya diliputi keheningan. Aku tidak tahu harus membicarakan apa, begitupula dirinya yang hanya diam dan fokus menyetir. Aku bahkan tidak tahu dimana dia akan makan malam dengan rekan bisnisnya.

Aku menatap jalan raya yang kami lalui, sesekali menatap pria di sebelahku. Semakin aku perhatikan semakin aku menyadari rupa pria di sebelahku ini. Dia sangat tampan. Garis mukanya tegas, tatapan matanya tajam. Mirip dengan Christ. Aku suka pria tegas yang sangat menyayangiku. Jose menoleh dan menangkap basah aku yang sedang memerhatikannya.

"Apakah wajahku begitu mempesona Thea?" pertanyaannya membuatku malu sekaligus memecahkan kehiningan yang tercipta sejak kami berangkat.

"Mungkin." jawabku acuh. Aku sangat malu tertangkap basah sedang memerhatikannya. Aku memalingkan wajahku dan kembali memerhatikan jalanan yang kami lalui. Aku semakin familiar dengan kemana ia akan membawaku. Restaurant dibilangan Jakarta Selatan, ditengah gedung-gedung tinggi perkantoran.

Love is Healing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang