"Halo, sayang. Apa kabar? Do you miss me?"
***
Aku tidak bisa tertidur sepanjang malam, ketakutan yang selama ini kutekan seakan meluap keluar. Aku takut pria itu akan menemukanku, sendirian disini. Aku takut ia akan menemukanku dan kembali menyiksaku. Aku tidak berani memejamkan mataku, aku takut ketika tidak akan bangun di dalam kamarku. Dengan tubuh yang lelah karena semalaman tidak bisa tidur aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Aku mencuci mukaku dan menatap diriku di depan cermin, menyeramkan. Kantung mata yang selama ini berusaha kuhilangkan dengan memaksa tidur sekarang bawah mataku kembali menggelap.
Aku mengguyur diriku dibawah air dingin berharap dapat memulihkan kesegaran tubuhku. Setelah selesai aku memutuskan untuk menemui Tata di rumahnya. Aku mengambil ponsel yang semalaman aku biarkan tergeletak dilantai dan beberapa kali mengacuhkan panggilan masuk. Aku memeriksa beberapa panggilan tidak terjawab dan sebuah pesan. Aku membeku kembali di tempatku setelah membaca pesan itu. Aku berusaha melawan ketakutanku dan dengan tangan gemetar aku menelepon Tata. Hari masih sangat pagi untuk menganggu orang lain tapi aku tidak tahu harus menghubungi siapa. Pada deringan ketiga aku dapat mendengar suara Tata.
"Halo, Thea. Ada apa kau menghubungiku sepagi ini?" aku tidak segera menjawab sapaannya karena aku sudah terlanjut menangis. Aku takut, aku butuh seseorang untuk menemaniku. Tata seperti menyadari keadaanku karena semakin lama tangisku menjadi isakkan yang menyesakkan dada. "What's wrong Thea? Tell me!" ujar Tata mulai panik karena aku tidak kunjung mengatakan apapun untuk menjelaskan mengapa aku meneleponnya pagi ini dan ia malah mendapati aku menangis.
"Tunggu aku diapartemenmu, aku akan segera kesana." setelah mengatakan bahwa ia akan menemuiku di apartemenku ia mematikan teleponnya. Aku duduk di tempat tidurku, semua kesegaran dari air dingin yang barusan kugunakan untuk mandi seakan sirna, tubuhku semakin lemas, aku hanya menangis. Tubuh dan mataku sangat lelah dan aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya aku bisa terlelap.
Tiga puluh menit aku meringkuk di tempat tidurku sampai aku mendengar ketukan di pintu apartemenku, aku sedikit mengintip di lubang pintu untuk memastikan bahwa yang berdiri di depan pintu apartemenku adalah kakak perempuanku. Tata menerobos masuk ketika pintu sudah kubuka, diikuti Al juga masuk ke dalam. Tata dengan sigap memelukku, seketika aku merasa sedikit tenang karena aku tidak sendiri. Tata menemaniku disini.
"Apa yang terjadi?" bisik Tata di telingaku. Aku melepaskan pelukkannya dan bergabung dengan Al yang sudah duduk di sofa ruang tamuku. Tata mengikuti langkahku dan mendudukkan dirinya disebelahku tidak melepaskan pegangan tangannya dariku seakan itu adalah sumber kekuatanku saat ini.
"Dia kembali." ujarku lirih. "Dia menemukanku, Ta." tambahku lagi masih dengan suara yang lirih bahkan hampir tidak dapat didengar.
"Who?" kali ini Al yang membuka suaranya. Aku tahu mereka tidak akan paham apa maksudku, karena Tata juga menunjukkan ekspresi tidak mengerti akan ucapanku.
"Hans." ujarku pelan, suaraku seakan hilang karena takut ketika aku menyebutkan dia akan muncul dengan tiba-tiba. "Apa yang dilakukan? Dia kesini?" tanya Tata tidak sabaran, ada kilatan amarah dimatanya. Aku hanya menggeleng lemah dan entah mengapa aku sangat lemah aku hanya kembali menangis.
"Tenanglah, Thea. Aku dan Al ada disini bersamamu." ujar Tata menenangkanku, ia sudah kembali memelukku dan mengelus punggungku pelan. "Kau tidak perlu takut." tambah Tata. Ia melepaskan pelukkannya dan memegang kedua bahuku, lalu memaksaku menatapnya. "Hey, lihat aku." begitu mendengar permintaannya aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya. "Kau belum tidur?" tanyanya sambil memerhatikan wajahku yang sudah seperti zombie. Aku menggeleng lemah.
"Aku akan menemanimu. Kau butuh istirahat, absenlah bekerja untuk hari ini." Tata mengahmpiriku dan bersiap menuntunku ke kamar.
"Apa tidak sebaiknya Thea tinggal bersama kita untuk beberapa waktu ke depan?" ucapan Al membuat Tata menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Healing
RomanceTakdir cinta tidak pernah salah. Berkali-kali pun kau terjatuh karena cinta, takdir cintamu akan tetap datang. Seperti malaikat penyembuh yang menyembuhkan lukamu dari 'jatuh cinta' yang lalu. Menyembuhkan kesakitan dari lukamu di masa lalu. Takdir...