Nineteen

113 24 11
                                    

Klak, klak, klak

Tuk!

"Nyaman kan duduk di balkon ini? Udaranya sejuk dan menenangkan. Eem, minumlah," ucap Juni sambil menyuguhkan secangkir Teh hangat.

Lelaki yang bernama Leon itu terus memandanginya. Sesekali ia memejamkan mata dan menunduk dengan menarik kedua sudut bibirnya.

"Kau kembali ke hobi yang dulu," ujar Leon dengan menghela nafas.

"Maksudmu?" tanya Juni bingung.

"Dulu, karena hobimu itu tanganku pegal karena harus menyeka air matamu terus-menerus. Sekarang pun masih begitu? Ayolah, sudah dewasa."

"..."

Leon adalah teman Juni sejak kecil. Lelaki itu seperti saudara bagi Juni, terlebih sejak kedua orangtua Leon meninggal dunia.

Leon tinggal dan menjalani pendidikan di Seoul, Korea Selatan. Dan kini menjadi seorang guru musik privat di Yejang-dong. Lokasi yang tidak begitu jauh dengan sekolah seni, tidak mengubah niatnya untuk berhenti dari profesi sebagai guru musik privat bagi yang membutuhkan jasanya.

"Kenapa kau kesini?" tanya Juni.

"Tidak boleh?" Leon balik bertanya.

"Bukannya begitu, tapi..."

"Aku kesini untuk menjemputmu," potongnya.

"Jemput? Memangnya ada apa?" tanya Juni

"Kita ke Korea," jawab Leon singkat.

Salah satu mimpi Juni adalah mengunjungi negeri gingseng. Negara yang dipenuhi pada idolanya. Namun kali ini, respon yang seharusnya terlihat bahagia itu tidak terlihat di wajahnya.

"Wajah jelekmu itu sudah permanen yah?" ucap Leon.

Puk!!

"Leon, jangan meledeki aku seperti itu," ucap Juni sambil memukuli Leon.

"Memang jelek. Kau pikir laki-laki akan suka melihat wajah kusutmu itu?"
"Berkemaslah! kita akan berangkat besok."

"Besok? Kenapa buru-buru?"

"Ibu yang memintanya."

Leon sudah menganggap keluarga Juni adalah keluarganya. Ia tidak merasa canggung untuk memanggil orangtua Juni dengan sebutan 'ayah' dan 'ibu'.

Sambil menyeruput teh, Leon terus memandangi Juni. Keningnya mengkerut melihat mimik wajah Juni yang masih saja bersedih sejak tadi. Ia pun bangkit dari tempat duduknya dan berpindah tempat lalu duduk tepat di sisi Juni. Leon kembali memandanginya lagi, rupanya Juni melamun. Leon mengambil bolpoin yang berada di sakunya, lalu ia mencoreti wajahnya sendiri. Ia mengukir tiga garis di pipinya seolah mirip dengan karakter kucing.

"Juni," sahutnya

"Hm?"

"Meow! Meow!" Lelaki itu bertingkah seperti kucing dengan memperlihatkan wajahnya yang telah ia coreti dengn bolpoin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang