Twenty two

78 23 18
                                    


3 bulan kemudian

"Pada hari ini, Leon ssaem^(guru) telah dinyatakan resmi menjadi Guru seni sekaligus wali kelas kita," ucap siswa yang merupakan ketua dari kelas unggulan yang akan dibimbing oleh Leon.

Tepuk tangan yang gemuruh menyertai setiap langkah lelaki itu. Ia berkenalan seadanya dengan gaya santai seperti bukan seorang guru.

"Ssaem!" Seorang siswa yang duduk tepat di hadapannya pun mengacungkan tangannya.

"Ya, ada apa?" tanya Leon.

"Apakah Leon ssaem sudah menikah?"

"Nah, iya sama aku juga ingin menanyakan hal itu." sambung beberapa siswi secara bersamaan.

"Hahaha, haruskah kalian menanyakan hal itu?"

"Tentu ssaem."

"Yaa, baiklah. Sebenarnya ..."

"Kyaaaaa, jangan katakan!" pekik siswi full make up yang duduk di bangku paling sudut.

"Kenapa?"

"Aku tidak sanggup mendengarnya ssaem," jawabnya.

Leon hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap anak didiknya.

"Maaf anak-anak, saya harus pamit sekarang. Besok saya akan mulai mengajar. Oke, sampai nanti."

"Mau kemana ssaem?"

"Menjemput seseorang."

____skip

***

Tiin! Tiin!

"Kenapa telat? Aku sudah keringatan menunggumu disini."

"Maaf, ayo kita pulang."

"Ini!" Mengangkat beberapa barang bawaannya.

"Oh, iya. Hahaha, sebentar yah. Jangan memasang wajah seperti itu."

Leon mengambil semua barang belanjaan milik gadis itu lalu membukakan pintu untuknya.

Sepanjang jalan mereka merencanakan menu kue yang akan mereka buat bersama. Sempat berdebat, beruntung tidak berlangsung lama hingga mereka tiba di apartemen.

📍At kitchen

"Kau sudah memberitahu ibu kalau kita akan mengirim kue spesial?" tanya Juni sembari mengeluarkan berbagai bahan makanan.

"Belum, bukannya itu surprise," jawab Leon.

"Baguslah."

Keduanya mulai bekerja, tak jarang mereka hanya saling mencoreti wajah dengan adonan.

"Apa adonannya sudah manis?" tanya Juni.

"Memangnya bisa dicoba?" Leon balik bertanya dengan wajah heran.

"Bisa dong."

"Tapi sepertinya sudah manis," ucap Leon sambil tersenyum mendekati Juni.

"Bagaimana kau tau?" tanya Juni.

"Karena aku melihat wajahmu dari tadi." Menekan hidung Juni.

Tuk!

Memukuli Leon dengan sendok teh.

"Aw! Sakit," rintih Leon.

"Aku tanya serius Leon," dengus Juni.

"Ya sudah, kau saja yang cicipi."

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang