Aku paham, tidak ada yang berhak menyalahkan waktu. Tapi kali ini, aku hanya ingin bertanya, kenapa waktu mempertemukan aku dengannya lagi?
.
.
.Lelaki itu terus membisu sembari memegang kendali mobilnya. Ia tidak lagi menghiraukan gadis di sampingnya yang mulai dicucuri oleh peluh keringat dinginnya itu. Sesekali Rey menginjak pedal remnya secara tiba-tiba, membuat Juni semakin cemas. Hingga,
"Rey!"
"Iya? Ada apa?"
Itu kali pertama Rey memandang Juni sejak menjemputnya tadi. Rey terkejut melihat keringat Juni yang bercucuran.
"Juni? Ka, kau..."
Kali ini ia memberhentikan mobilnya di bahu jalan.
"...kau tidak apa-apa? Apa kau mabuk darat?" tanya Rey panik.
"Tidak, aku tidak apa-apa."
"Ng, sebentar. Tahan bentar."
Rey mulai kembali mengemudi, namun kali ini ia lebih kebut-kebutan. Niat hati ingin cepat tiba di rumah agar kecemasan Juni tidak semakin menjadi-jadi. Alhasil, memang mereka tiba di rumah dengan cepat. Tapi, keputusan Rey itu malah membuat Juni pingsan.
"Astaga, Juni?"
"Juni bangun! Aduh." Mulai panik."Bisa saja aku membawanya ke rumahku. Tapi bagaimana kalau ada yang melihat Juni dalam keadaan pingsan? Nanti orang-orang bisa berprasangka buruk," batin Rey sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.
"Dan lagi, aku tidak pernah menggendong perempuan setelah kakiku seperti ini," ucapnya sambil melirik Juni yang masih belum sadarkan diri.
Kebimbangan itu membuat Rey lebih memilih tetap berada di dalam mobil. Namun ia sengaja untuk memarkir mobilnya di depan rumahnya. Agar orang-orang tidak merasa ada yang aneh.
Waktu pingsan Juni yang cukup lama, membuat Rey sempat melamunkan seseorang. Di bukanya folder dalam folder dan dalam folder lagi hingga menemukan satu folder lagi yang diberi nama '2017'. Terdapat foto dirinya dengan seseorang. Melihat foto-foto itu, membuat sudut bibirnya tertarik dan namun matanya berkaca-kaca.
"Ck, aku benci orang itu... " Rey berdecik kesal sembari menebarkan pandangannya.
"... dia tega meninggalkan aku. Ya, aku paham, tidak ada perempuan yang mampu betah dengan laki-laki pincang sepertiku," lanjutnya sambil menopang kepala pada kemudinya.
Rey dengan gadis itu pernah menjalani hubungan hampir lima tahun. Wajar saja jika Rey sangat mencintainya. Terlebih lagi, gadis itu adalah cinta pertama bagi lelaki blasteran itu. Semenjak hubungan mereka berakhir, keduanya 'tak pernah bertemu.
"Ng." Juni mulai sadarkan diri.
"Juni? Juni kamu tidak apa-apa? Apa kepalamu sakit?" tanya Rey cemas.
Bukannya menjawab, Juni malah mengomeli Rey.
"Kenapa kau kebut-kebutan tadi, hah?" tanya Juni kesal."Biar kita cepat sampai rumah, aku takut keadaanmu makin parah gara-gara keringatan," jawab Rey.
"Sudahlah lupakan saja," ucap Juni sambil membuka pintu mobil Rey. Tanpa berterima kasih, gadis itu terus berjalan ke arah rumahnya.
"Juni, maaf." Ucapan Rey menghentikan langkah kaki Juni.
"Buat apa? Lagi pula aku tidak marah, cuma mau buru-buru masuk rumah. Aku mau istirahat," jelas Juni sambil tersenyum masam. Ia masih merasa dalam pengaruh kendaraan roda empat itu.
"Aku pikir kau marah. Kalau begitu aku masuk rumah juga," ucap Rey dengan lega.
"Rey!"
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sorry [Complete ✓️]
Ficção GeralKth x ksh x cew ⚠️BELUM REVISI Cinta juga bukan sebuah "penghargaan", tapi tentang seberapa berartinya ia dalam hidup saat mengenalnya. Antara kekecewaan dan cinta, manakah yang lebih lama untuk bertahan. Tapi jika terpaksa harus memilih, pasti akan...