Thirty four

66 15 9
                                    

Entah sadar atau tidak, Juni terus melamun tepat di pintu apartment Leon. Ia menunggu dan berharap bisa kembali berbicara dengan lelaki itu dengan jarak lebih dekat.

"Tidak masalah jika aku bersama Rey. Tapi caramu ini sama saja Leon... menyakitkan."

Pintu apartemen di sebelahnya pun terbuka. Seorang remaja SMA itu terheran-heran melihat Juni yang duduk di depan pintu yang tak kunjung terbuka itu.

"Permisi, Kakak sedang menunggu siapa?"

Juni bangkit seraya mengatakan bahwa dirinya sedang menunggu Leon. Belum sempat ia mengatakannya, remaja itu lantas berkata, "tempat ini sudah tidak berpenghuni. Dia sudah mengosongkan tempat ini."

"Oh? Ba, ba—iklah. Terima kasih." Juni pun beranjak dengan air mata yang tak mampu dibendung olehnya.

"Seperti ini caramu melepaskan harapanmu, Leon," ucapnya dengan suara bergetar.

Belum jauh ia melangkah dari tempat Leon, remaja itu tiba-tiba mengejar Juni.

"Tunggu sebentar!"
Ia menyodorkan selembar foto.
"Ini seperti wajah Kakak," ucap remaja itu.

Juni hanya mengangguk dan mengambil foto itu. Ia juga melihat sebaris catatan dibaliknya.

~ 사랑^ (Cintaku).

Foto yang kusut, sangat jelas bahwa foto itu sempat dicengkeram dalam genggaman.

"Terima kasih, yah." Juni meninggalkan tempat itu dan segera turun ke lantai dasar.

Meski hanya sebentar, namun kedua mata Juni terlihat bengkak setelah sempat menangisi Leon. Langkahnya terhenti saat menyadari sosok lelaki yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Dia adalah Rey. Bukannya merasa sedih atau kesal karena teleponnya yang terabaikan oleh sang istri, ia malah menghampiri lalu memeluk Juni dengan hangat.

"Maaf, Rey. Aku tidak bermaksud...,"

"Tidak apa-apa, Juni." Rey berbesar hati untuk mengerti posisi Juni. Ia mengelus lembut rambut Juni yang terurai.

"Kau bertemu dengannya?" tanya Rey sambil melepas pelukannya.
Juni hanya menggeleng pelan tanda bahwa dirinya tidak sempat bertemu dengan Leon.

Rey menatap Juni dengan penuh keprihatinan lalu mengalihkan pandangannya. Ia mengajak Juni untuk segera masuk ke mobilnya. Rey terkejut saat melihat istrinya berusaha menghilangkan wajah sedihnya. Juni tampak sibuk menyapu air matanya dan melapisi kembali wajahnya dengan tepukan spons. Rey hanya tersenyum kecil melihatnya.

"Aku bisa memahaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bisa memahaminya. Tapi, bisakah kita memulainya dari awal tanpa harus memikirkan hal lain?" ucapnya sembari memegang pipi Juni dengan tatapan harapan yang terukir jelas di matanya.

"Aku akan melupakannya."
.
.
.

Juni tidak mengetahui bahwa Leon masih berada di seputaran Yongsan. Begitu pun dengan Heejin. Gadis itu bahkan belum mengetahui tentang niatan Leon untuk meninggalkan Korea.

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang