"It's sad, but sometimes moving on with the rest of your life, starts with goodbye."
ㅡ Carrie Underwood
***
Pergi dan pindah.
Bagi semua orang, dua kata itu selalu terdengar negatif. Karena bisa dipastikan, setelah dua kata tersebut terucap, yang langsung terpikirkan adalah kata 'perpisahan'—tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang menyukai sebuah perpisahan.
Sama seperti aku yang langsung merasa sedih ketika dua hari lalu, Ayah tiba-tiba memberitahu bahwa kami akan pindah ke suatu pulau bernama Morana.
Seumur hidup, aku belum pernah mendengar nama pulau se-aneh itu. Saking penasarannya, aku sampai mencari letak pulau itu di peta dan hasilnya nihil. Ayah bilang, pulau Morana terletak di sebelah selatan Busan, butuh sekitar dua jam untuk sampai di sana dengan kapal penyeberangan.
"Liv, serius kau harus pindah?" kata Ro-hee dengan suara bergetar menahan tangis.
Besok adalah hari kepindahan kami dan hari ini teman-temanku datang untuk membantu mengepak barang sekaligus mengucapkan salam perpisahan.
Aku mengangguk lemas tanpa menatap wajah Ro-hee. Takut jika aku ikut-ikutan menangis.
"Apa kau tidak bisa membujuk Ayahmu agar tetap tinggal di Seoul?" kali ini Ara yang bertanya. "Kau bisa tinggal di asrama."
Jika saja Ara tahu, aku sudah membujuk Ayah hingga hampir menangis saking putus asanya.
"Percayalah padaku, aku sudah mencobanya berulang kali," kataku lemah. "Kami tetap harus pindah."
"Tapi kenapa harus ke luar pulau?"
Aku mengedikkan bahu, tidak tahu tepatnya alasan apa yang membuat Ayah memutuskan untuk pindah. Bisnis Ayah terlihat baik-baik saja dan kami juga tidak sedang ditagih-tagih pengejar hutang sampai harus pergi jauh.
Lalu kenapa?
"Sayang sekali, Liv. Padahal kita sudah berjanji untuk bersekolah di Sekang High bersama-sama," desah Ara seraya menutup kardus berisi buku-buku yang sudah disusun rapi. "Aku sudah tidak sabar membayangkan kita bertiga akan menikmati masa SMA yang menyenangkan. Tapi sepertinya itu tidak mungkin lagi sekarang."
Kedua mataku memanas ketika mendengar perkataan Ara. Salah satu alasan kenapa berat sekali meninggalkan Seoul adalah karena kedua teman dekatku ini—berat sekali membayangkan bagaimana hidupku akan berjalan tanpa mereka berdua di sampingku. Selama tiga tahun di sekolah menengah pertama, ada banyak memori, tangis, dan tawa yang kami lewati.
Apakah nanti aku bisa menemukan sahabat seperti Ro-hee dan Ara di sekolah baruku? Bisa jadi iya, bisa jadi juga tidak.
"Aku masih punya handphone, guys," kataku mencoba menghibur kedua temanku sekaligus diriku sendiri. "Kita bisa video call setiap hari kalau kalian mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSED BLOOD ✓
Mystery / Thriller[COMPLETED] [ft. nct dream] [TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - sebagian part dihapus] ‼️AVAILABLE on SHOPEE‼️ Selama hampir enam belas tahun hidup, Livia Jung tidak pernah percaya jika mythical creatures seperti vampire, werewolf, fairy, wit...