25. a little note

6.4K 1.3K 68
                                    

Jadi terror ini belum berakhir?

“Jadi terror ini belum berakhir?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku ikut berjongkok di jalan beraspal, bergabung bersama Ryu dan Siyeon yang masih memandangi amplop merah itu dengan seksama. Tak kupedulikan paper bag berisi gaun yang tadi kubeli kini teronggok mengenaskan di sampingku.

"Dari siapa, ya?" Siyeon membolak-balikkan amplop itu, namun tidak ada tanda-tanda nama pengirimnya tertulis di sana.

"Coba dibuka," suruh Ryujin, suaranya terdengar tegang.

Siyeon melirik kami berdua dengan tatapan bingung, mungkin dia heran kenapa wajah Ryu dan aku terlihat super serius sekarang. Dia membuka segel amplop tersebut dan saat Siyeon mencoba mengeluarkan sepucuk surat yang terlipat rapi di dalam, sebuah benda jatuh ke atas aspal, menimbulkan bunyi gemerincing.

Seuntai liontin emas berbandul apel.

Aku dan Ryujin diam-diam bertukar pandangan khawatir. Dugaan kami benar. Surat itu, kalung apel emas itu, dan Siyeon yang merupakan korban berikutnya.

"Wah, cantik sekali." Siyeon bergumam seraya menatap liontin itu dengan penuh kekaguman. "Kira-kira dari siapa, ya?"

"Kau punya dugaan siapa yang memasukkan surat itu ke dalam tas belanjaanmu?" tanya Ryujin.

Siyeon mengangkat bahunya santai. "Hari ini aku bertemu banyak orang."

Tidak puas dengan jawaban gadis itu, Ryujin masih mendesak Siyeon dengan pertanyaan, "Siapa saja?"

"Banyak, Shin Ryujin. Kalau kau lupa, semua siswa Redroofs sedang berada di luar kastil sekarang," kata Siyeon. "Lagipula untuk apa aku mengingat-ingat hal semacam itu?"

Rasanya aku ingin berteriak: karena kau sekarang sudah menjadi calon korban penculikan itu, bodoh!

Tapi tentu saja tidak kulakukan. Tidak akan ada yang mempercayai aku dan Ryujin karena di dalam otak semua warga Morana, Dong Sicheng adalah si pelaku penculikan. Bukti yang kami punya tidak sebanding dengan bukti yang sudah ditemukan oleh para tim keamanan.

"Tapi bisa saja ..." Siyeon menggantungkan kalimatnya.

Kedua bola mataku membulat lebar saat mendengar kalimat Siyeon. Secercah harapan terbit, mungkinkah gadis itu bisa memberikan petunjuk?

"Apa? Kau punya dugaan?"

Alih-alih menjawab, Siyeon justru mendongak, menatap sosok Lee Jeno yang masih berdiri menjulang di samping kami semua. Seulas senyum lebar tercetak di bibir gadis itu. "Jeno, ya? Kau yang memberiku surat cinta dan kalung ini?"

Oh, aku lupa Jeno masih ada di dekat kami. Karena penasaran akan reaksi lelaki itu, aku ikut mendongak untuk melihat ekspresinya. Namun, raut wajah lelaki itu tetap datar seperti biasa.

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang