36. the cursed blood

7.8K 1.4K 211
                                    

⚠️⚠️⚠️ tw // bloods ⚠️⚠️⚠️

Expect anything from anyone, trust no one but yourself;

the devil was once an angel.

Dua iris sewarna darah itu kini menatapku dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua iris sewarna darah itu kini menatapku dingin.

Mark Lee yang kukenal sebagai pribadi yang lembut dan baik hati kini telah hilang, digantikan oleh sosok vampire yang sejak tadi tidak berhenti memasang seringai keji. Dia memutar batang kayu yang super runcing di tangannya, seolah sudah siap menggunakan benda itu untuk menggores kulit tubuhku kapan saja.

"Padahal aku tidak ingin menyakitimu, Livia," tukas Mark, tetapi tidak ada nada tulus sama sekali di dalam suaranya. "Sayang sekali, darahmu yang akan menjadi pelengkap terakhir untuk ritual kami."


Ritual?




Ritual ... apa?




Mulutku yang disumpal kain beraroma vervain tidak bisa mengatakan apa-apa, namun Mark sepertinya tahu aku penasaran.

"Aku yakin kau sudah mendengar rumor-rumor tentang keluarga Lee, 'kan?"

Dengan ketenangan yang luar biasa, Mark mulai menceritakan awal mula dia memutuskan untuk melakukan kejahatan keji ini. Dugaanku benar; alasannya karena balas dendam. Mark masih memiliki dendam yang besar pada keluarganya sendiri ㅡterutama pada sang Kakek dan saudara sepupunya, Lee Jeno.

"Kalau saja waktu itu Jeno tidak memaksa ikut Taeyong hyung ke Seoul dan memancing para pemburu vampire, kakakku tidak akan mati mengenaskan seperti itu."

Cerita Mark terjeda sejenak karena dia bergerak membuka kain yang menyumpal mulutku. Aku reflek mengumpat ketika kuku Mark tak sengaja menggores pipiku, "Sialan, Mark Lee!"

"Whoa, language, Livia Jung. Kau mau aku menyayat bibir cantikmu itu, hah?"

Mendengar ancamannya, aku sontak terdiam. Dalam hati aku berdoa semoga Na Jaemin sadar jika aku menghilang dari kastil, kemudian melapor ke Miss Krystal, Mr. Ong, atau siapapun.



Siapa saja tolong aku, please.



Aku belum mau mati.



Si berengsek itu kemudian melanjutkan ceritanya,
"Kau tahu apa yang membuatku sakit hati? Kakek justru memilih untuk menolong Jeno yang terlihat baik-baik saja daripada kakakku yang jelas-jelas sudah sekarat." Suara Mark bergetar menahan amarah. "Kalau saja si tua bangka itu tidak pilih kasih, Taeyong hyung pasti masih bisa diselamatkan. Tetapi dia malah meninggalkan kakakku di tengah hutan seperti itu."

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang