27. sudden confession

6.3K 1.4K 141
                                    

"Kau pasti benci padaku sekarang."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah nyaris dua minggu para siswa Redroofs menguras otak gara-gara ujian tengah semester, besok akhirnya hari-hari bak neraka dunia itu akan usai.

Sialnya, mata pelajaran terakhir yang diujikan adalah Sejarah, yang berarti aku harus begadang semalam suntuk untuk belajar. Sejak dulu, aku selalu benci mata pelajaran yang berkaitan dengan hapalanㅡhitung-menghitung terkesan lebih mudah bagiku.

Dua minggu ini, kegiatanku hanya diisi dengan belajar, bolak-balik perpustakaan, membaca buku, belajar lagi, makan, dan tidur. Sama sekali tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain selain ujian. Bahkan saking sibuknya, kami bertigaㅡaku, Jaemin, dan Ryuㅡbelum sempat mendiskusikan rencana untuk menjebak si pelaku. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tanpa sadar hari ini sudah tanggal 14 Oktober.

Itu berarti, besok merupakan waktu janjian antara Park Siyeon dan si pelaku penculikan golden apple itu.

Dan kami masih belum tahu harus melakukan apa-apa.

Damn.

"Hah, aku mau gila rasanya." Aku bermonolog sembari mengusak rambutku frustasi.

Aku menutup kasar buku Sejarah yang sedari tadi tak henti-hentinya kupelototi, kemudian menyandarkan punggung pada pohon oak yang berdiri kokoh di tepi danau Moraine. Kepalaku berdenyut-denyut, sepertinya sudah mencapai limit akibat terlalu lama belajar.

Baru saja aku memejamkan kedua mataㅡberniat untuk istirahat sejenak sebelum kembali dibuat pusing oleh Sejarahㅡtiba-tiba hembusan pelan angin musim gugur membawa aroma khas cedarwood yang sangat familier.

"Sedang apa?"

Suara rendah dan berat milik Lee Jeno terdengar sangat dekat di telingaku. Meski begitu, aku tetap bergeming tanpa mau repot-repot membuka mata.

"I know you're not sleeping, Livia."

Seolah belum cukup menggangguku dengan presensinya yang mendadak, kini aku merasakan sesuatu mengusap kedua kelopak mataku lembut.

Gila. Dia ini sedang apa, sih?

Dan kenapa tiba-tiba aku merasa gugup?

"Kantung matamu terlihat mengerikan." Jeno bergumam pelan. "Tidak tidur cukup, ya?"

"Mmhm."

Usapan kedua ibu jari Jeno berhenti dan membuatku otomatis membuka mata. Niatnya ingin buru-buru menghindar sebelum dia melakukan hal aneh-aneh lagi, tetapi aku justru mematung di tempat.

Wajah tampan Lee Jeno hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahku. Aku sampai bisa merasakan deru napas hangatnya menerpa kedua pipiku.

"Cantik."

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang