18. the result

7K 1.4K 119
                                    

Na Jaemin, tidak ada penjahat yang mengakui perbuatannya dengan jujur.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dia monster berbahaya.

Kalimat Mark Lee terus terngiang-ngiang di benakku.

Gara-gara itu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak terus-terusan melirik sosok Lee Jeno yang sejak tadi hanya diam dan fokus membaca buku Sejarah.

Apa maksud Mark sebenarnya? Mau tak mau aku jadi punya pikiran;

Jangan-jangan Lee Jeno memang si pelaku penculikan golden apple.

Tetapi kalaupun memang benar, pertanyaannya ... kenapa?
Apa alasannya melakukan kejahatan sekeji itu?

"Aku tahu aku memang tampan, kau tidak harus menatapku se-intens itu, Livia."

Aku nyaris terperanjat dari kursi ketika tiba-tiba Lee Jeno berpaling ke arahku. Sial. Tingkahku seperti maling yang baru saja tertangkap basah sedang mencuri.

"Ada yang ingin kau tanyakan padaku?" tanyanya dengan ekspresi datar.

"H-hah?"

"Kau pasti ingin bertanya kenapa kemarin aku bertengkar dengan Mark hyung, kan?"

Yah, dia tidak sepenuhnya salah juga. Aku memang sedikit ingin tahu tentang itu.

"Memangnya kau akan menjawabku dengan sukarela?" tanyaku sangsi.

Dia tidak menggeleng maupun mengangguk. Namun, tatapan Lee Jeno berubah dingin. "Kau menyukai Mark Lee?"

Aku jelas tidak siap dengan pertanyaan itu. Kedua bola mataku mengedar kesana-kemari karena salah tingkah.
"T-tidak."

Alih-alih menimpali, Lee Jeno justru menarik sesuatu dari sakunyaㅡearphone pemberiankuㅡkemudian menyumpal kedua telinganya. Perbuatannya barusan jelas mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak mau diajak bicara lagi.

Aneh sekali dia. Sedetik ramah, sedetik kemudian berubah dingin kembali.

Kalau begini, bagaimana caranya aku bisa menyelidiki Lee Jeno?

Pribadinya terlampau dingin untuk didekati. Ditambah lagi, dia bisa dengan mudah membaca pikiranku. Yah, sebenarnya itu salahku juga. Sampai sekarang, aku belum pernah belajar bagaimana cara menyegel pikiran agar tidak mudah dibaca. Mark sempat menawariku bantuan, tetapi sampai sekarang kami berdua belum ada waktu senggang saking banyaknya tugas sekolah dan club.

Wait.

Aku melirik ke arah lelaki di sebelahku yang masih sibuk membaca dengan wajah terlampau datar. Bagaimana jika ...

"Hei, Lee Jeno," panggilku pelan seraya menepuk pundaknya untuk mendapatkan atensi lelaki itu.

Berhasil. Dia menoleh ke samping dan melepas sumpalan telinganya.
"Apa?"

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang