07. pure-bloods

8.5K 1.6K 202
                                    

"Pulau ini bukan pulau biasa, kau tahu itu, 'kan?"

"Pulau ini bukan pulau biasa, kau tahu itu, 'kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku merasa sekujur tubuhku merinding. Napasku seolah tercekat di tenggorokan, sedangkan kakiku seperti menancap di atas tanah; tidak bisa berteriak, apalagi bergerak ㅡseluruh tubuhku terasa beku saking terkejutnya.

Padahal aku harus segera pergi dari sini sebelum kepergok oleh salah satu dari ketiga anak itu. Aku bergidik ngeri, tak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan padaku karena ketahuan sedang mengintip.


Apa aku akan dimarahi?


Atau lebih parah lagi, dibunuh?!


"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Jantungku nyaris copot saat mendengar suara dari balik punggungku. Aku berputar dan mendapati Renjun sedang menatapku datar dengan tangan bersedekap.

Sejak kapan dia berdiri di belakangku?

"Livia, kau mengikuti kami?" tanya Renjun lagi, raut wajahnya tampak datar tanpa emosi. Aku tidak bisa menebak apakah dia sedang marah atau tidak.

Aku hanya bisa menggeleng sebagai jawaban. Pita suaraku masih disfungsional.

Dahi Renjun mengerut, beberapa detik kemudian dia menjentikkan jari seraya tersenyum tipis. "Ah, kau menyukai salah satu dari kami dan ingin berkenalan? Yang mana? Jeno? Chenle? Atau jangan-jangan ... aku?"


Excuse me, but what?
Apakah aku salah dengar?


Rahangku terbuka lebar. Tidak kusangka ternyata Renjun bisa berpikiran seperti itu. Lebih kaget lagi, selama ini kukira dia tipe orang (atau makhluk?) yang dingin ㅡsebelas-dua belas dengan Lee Jeno. Tapi ternyata, dugaanku salah.

"Aku hanya tidak sengaja lewat," kataku dengan suara serak. "Tadi aku mendengar suara tawa dari dalam menara."

"Ah, itu suara Chenle," timpal Renjun, lalu mengamati wajahku dengan kedua iris gelapnya. "Kenapa eskpresi wajahmu terlihat tegang? Kau baru saja melihat hantu? You okay?"

Andai saja Renjun tahu bahwa yang kulihat tadi lebih mengejutkan dari sosok hantu manapun.

"I-iya," cicitku. "Maksudku, I'm okay."

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang