14. another one

7.6K 1.5K 32
                                    

"Just find your next adventure.

Do it well, enjoy itㅡ

and then, not now, think about what comes next "

Condoleezza Rice

― Condoleezza Rice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Penyelidikan pertama kami tidak membuahkan hasil yang memuaskan.

Nakamura Hina tidak memberikan petunjuk yang berarti. Dia tidak mengingat apapun dan kami bertiga juga tidak mungkin memaksanya untuk mengingat-ingat kejadian paling mengerikan seumur hidup gadis itu. Satu hal yang kemungkinan bisa jadi petunjuk mungkin hanya seuntai liontin apel emas.

"Kau yakin kalung itu punya arti penting?" tanya Ryu.

Aku mengangguk. "Hina bilang, dia tak ingat pernah diberi atau membelinya. Kemungkinan besar berarti ada hubungannya dengan si penculik, karenanya dia sengaja menghapus ingatan Hina tentang kalung itu."

Ryu dan Jaemin manggut-manggut seraya memasang wajah serius.

"Kalau saja kita bisa keluar kastil dan mengunjungi rumah Kim Yeri dan Lia," desah Jaemin putus asa. "Mungkin kita bisa menemukan petunjuk lain."

Aku tersentak kaget ketika Ryu tiba-tiba berseru keras, "Itu dia! Itu hal yang harus kita lakukan selanjutnya."

"Kau gila?" tanyaku tidak percaya. "Kita tidak bisa keluar kastil jika tak ada urusan penting."

"Bisa," tukas Jaemin dan langsung membuat aku dan Ryu menoleh bersamaan. "Astaga, kalian lupa? Kita bukan manusia biasa, kita punya super-power."

Aku langsung tahu apa maksud Jaemin. Intinya, kami akan mengendap-endap keluar kastil dan pergi ke kota dengan kemampuan super-human speed milikku dan Jaemin. Ide yang cukup gila untuk dilakukan, dan sangat berisiko. Aku tak bisa membayangkan hukuman apa yang akan kami terima jika ketahuan.

"Jadi, kapan kita bisa melaksanakannya?" tanya Ryu antusias. "Kau tahu kegiatan club kita sangat padat, Liv."

"Kalian bolos saja," tukas Jaemin.

Aku memutar bola mata malas. "Tidak semudah itu. Na Jaemin. Kita masih siswa baru."

"Sesekali, Liv," kata Ryu. "Kita bisa ijin sakit."

"Memangnya Xiaojun sunbae akan percaya?" tanyaku sangsi.

"Bilang saja kalian keracunan makanan," saran Jaemin. "Tidak akan ada yang curiga karena kalian 'kan roommate dan selalu makan berdua."

Aku mengamati Jaemin dan Ryu yang mendiskusikan rencana mereka dengan antusiasme yang berlebihan. Sejujurnya, aku masih heran kenapa kedua partner-ku terlihat sangat bersemangat. Kasus penculikan ini tidak merugikan kami sama sekali, tetapi kenapa aku mau-mau saja diajak melanggar aturan sekolah hanya demi penyelidikan amatiran?

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang