30. family

6.3K 1.3K 143
                                    

"You have so much things to explain."

Kupikir aku sudah mati.

Rasanya sangat berat bahkan untuk sekedar membuka kelopak mata. Seluruh badanku masih lemas dan terasa nyeri dimana-mana.

"Sudah bangun?"

Wajah tampan Jeno yang dihiasi gurat-gurat kekhawatiran adalah hal pertama yang kulihat saat aku berhasil membuka kedua mata. Aku melirik satu tanganku yang tenggelam di dalam genggaman erat tangan dingin Jeno.

"Ada apa? Kau mau apa? Ada yang sakit? Mau kuambilkan sesuatu?"

Aku terkekeh pelan, sama sekali tidak mempercayai pendengaranku.
Sejak kapan Lee Jeno berubah cerewet seperti ini?

Lelaki itu melongo bingung. "Kenapa?"

"Nothing."

"Masih sakit?"

Bohong jika aku berkata tidak, jadi aku mengangguk lemah.

Jeno menatapku sebentar, lantas mengambil botol kaca berisi cairan merah terang yang sejak tadi rupanya sudah ada di atas nakas sebelah tempat tidurku. Dia menuang minuman itu ke gelas wine sampai hampir penuh dan mengulurkannya padaku.

Aku langsung mengernyit jijik begitu menyadari sesuatu.

"Itu darah?"

Jeno mengangguk enteng. "Minum."

"Kenapa aku harus minum darah?"

"Livia, kau itu setengah vampire," jelas Jeno. "Kau butuh minum darah untuk mempercepat proses penyembuhan."

Meskipun masih enggan, aku tetap mengambil gelas itu dari tangan Jeno. "Ini darah binatang?"

"Cepat diminum," kata Jeno, setengah memaksa.

Awalnya, aku menyeruput cairan merah itu dengan sedikit ragu-ragu. Tetapi segera setelah lidahku mencecap rasa manis, aku langsung meneguknya sampai habis. Kenapa darah rasanya sangat enak, huh? Aku ingin lagi.

"Enak?" tanya Jeno geli setelah minumanku tandas tak bersisa.

"Mhmm. Itu darah apa?"

"Manusia."

Aku melongo sebentar sebelum akhirnya memukuli Jeno menggunakan bantal dengan brutal.

"Fuck you, Lee Jeno," umpatku kesal setengah mati. "Bisa-bisanya kau menjebakku untuk minum darah manusia? Kau gila."

"Wow, tenagamu masih kuat saja, Liv," tukas Jeno di sela-sela tawanya, kemudian dia memegang kedua tanganku guna menahan serangan. "Sorry for that, though. Aku tidak punya stok darah binatang di sini."

Aku memberinya tatapan tajam. "Tapi tetap saja, aku baru saja meminum darah manusia, for godness' sake."

"Memangnya kenapa, sih?"

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang