33. surprise

6.6K 1.4K 526
                                    

"Selamat pagi, Pacar."

"KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU?"

Senin pagiku dimulai dengan maki-makian dari Shin Ryujin.

Setelah tiga hari penuh bed rest di rumah persinggahan milik Jeno, ditemani bergantian oleh teman-temanku, Ayah, dan juga keluarga Jung yang lain, aku memutuskan untuk kembali sekolah di hari Senin.

Luka-luka di tubuhku sudah hilang sepenuhnya alias sembuh total. Aku berhasil membuktikan perkataan Haechan beberapa waktu lalu, tentang half-bloods vampire yang bisa memiliki kekuatan hampir sama persis seperti para pure-bloods.

Hanya dengan minum darah manusia selama dua kali dalam tiga hari kemarin, energiku sudah kembali seutuhnya.

"Answer me, friend," suara Ryu kembali membuatku tersadar dari lamunan. "Kenapa si Na Jaemin itu tidak memberitahuku tentang keadaanmu?"

Baru saja aku hendak menjawab, suara Lee Haechan tiba-tiba menginterupsi obrolan kami, "Good morning, girls."

Aku membalas sapaan Haechan, sekaligus mengucapkan selamat pagi pada Mark Lee dan juga Jisung. Mereka bertiga tampak segar dan bersemangat, padahal hari masih pagi. Mungkin karena tiga hari lagi, pesta topeng akan dilaksanakan di aula utama Redroofs. Kudengar dari Chenle, hampir semua siswa sudah tak sabar menantikan hari Kamis tiba.

"Ryu, wajahmu seram sekali." Mark menukas kaget. "Ini masih pagi, kenapa kau terlihat marah?"

"Menurutmu?" Ryujin membalas ketus. "Kenapa kalian semua tidak ada yang datang ke rumahku untuk memberitahukan kejadian yang menimpa Livia?"

"Ibu dan kakakmu sedang sakit," timpal Haechan. "Kami tidak mau menambah beban pikiranmu."

Ryujin diam sejenak, sebelum kembali membuka mulutnya untuk protes, "Tapi akuㅡ"

"Aku sudah baik-baik saja sekarang," potongku sambil menggandeng lengan Ryu. "Nanti akan kuceritakan semuanya. Aku janji."

Gadis itu menghela napas. Tatapan galak Ryu sudah berubah melunak. Dia tersenyum tipis. "Kau berhutang banyak cerita padaku, Livia Jung."

Bel masuk sekolah yang berdering nyaring sontak menghentikan konversasi kami. Ryu dan Jisung berjalan beriringan menuju kelas mereka yang terletak di belokan lorong, sementara Mark juga berbalik ke kelasnya sendiri.

"Ck, kenapa kita masih harus belajar?" sungut Haechan. "Ujian tengah semester 'kan sudah selesai."

"Karena masih ada ujian semester tiga bulan lagi, Lee Haechan."

Tanpa sadar, aku menguatkan cengkeraman pada tali tasku saat melihat sosok Lee Jeno dari ambang pintu kelas. Dia sudah duduk manis di bangkunya, fokus membaca buku sembari menopang dagu dengan sebelah tangan.



THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang