05. desk mate

8.9K 1.7K 177
                                    

"Ingat baik-baik, Livia. Namaku Lee Jeno."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku berusaha keras untuk memasang wajah datar, meski kenyataannya, otakku rasanya ingin meledak.

Dua hari yang lalu, aku masih menjalani hidup sebagai anak perempuan biasa yang baru akan masuk sekolah menengah atas. Lalu tiba-tiba, keluargaku pindah ke sebuah pulau aneh bernama Morana. Kemudian, aku ditampar kenyataan yang mengatakan bahwa diriku sebenarnya adalah vam-witch ㅡalias aku bukanlah seorang manusia sejati. Puncaknya, pagi ini aku sedang duduk dan sarapan dengan dikelilingi oleh makhluk-makhluk yang kuketahui hanya mitos belaka.


Fairy, witch, vampire, dhampir ㅡlalu akan ada apalagi setelah ini?

Werewolf? Unicorn? Centaurs?


Sepertinya takdir benar-benar sedang ingin bercanda dengan kehidupan seorang Livia Jung.


"Liv, you okay?"

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Pita suaraku seolah kehilangan fungsi akibat syok yang mendera berturut-turut selama dua hari belakangan.

"Kaget, ya?" tanya Mark memasang wajah bersalah. "Maaf, kau pasti belum terbiasa dengan lingkungan kami."

"Kau pendatang baru?" tanya Jisung kaget. "Pantas saja wajahmu terlihat sangat asing."

Aku mengangkat alis mendengar kalimatnya. Berarti dugaanku benar, hampir sebagian murid di sekolah ini sudah saling mengenal.

Seolah paham dengan wajahku yang kebingungan, Jisung segera menukas, "Penduduk Morana pasti pernah saling berpapasan setidaknya satu kali ㅡpulau ini tidak terlalu besar. Sementara aku sama sekali belum pernah melihatmu."

"Enough, guys. Biarkan dia bernapas sebentar," timpal Jaemin.

Rupanya dia baru selesai makan dan kini sedang menatapku teduh dengan bola mata cokelat terangnya. Jujur, itu membuatku sedikit merasa tenang.

Omong-omong, aku baru sadar Jaemin tidak menjawab pertanyaanku tadi.

Dia ini makhluk apa sebenarnya?

Ah, biarkan saja. Ryu tadi bilang, tidak semua makhluk nyaman mengungkapkan identitas mereka, mungkin Jaemin salah satunya.

"Jangan memandangiku seperti itu, sweetheart," tukas Jaemin seraya memegang dada kirinya dengan reaksi berlebihan. "Jantungku ingin melompat dari tempatnya saat melihat mata indahmu itu."

Astaga, dia mulai lagi. Alih-alih tersanjung, aku justru ingin menyumpal mulut Jaemin dengan kaus kaki sesaat setelah dia mengucapkan kalimat menjijikkan barusan.

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang