17. fight

7.2K 1.5K 216
                                    

Dia monster berbahaya.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Selepas kegiatan club selesai, aku naik ke asrama sendirian. Memang tadinya aku bersama Ryujin, Chenle, dan Jisung. Namun, kami berpisah di pintu depan karena ketiga anak itu harus ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas kelompok.

Sepertinya untuk makan malam kali ini, aku harus ke kantin sendirian tanpa Ryujin. Gadis itu berkata mungkin dia akan melewatkan makan malam karena tugas yang harus ia kerjakan sangat banyak, sekaligus ini kesempatan yang bagus untuk memulai penyelidikan terhadap Chenle dan Jisung.

Ah, Shin Ryujin beruntung sekali. Kedua targetnya cukup mudah didekati karena mereka bertiga satu kelas dan satu club.

Sedangkan aku?
Memang Haechan dan aku bisa dibilang cukup dekat sebagai teman, namun kami tidak pernah mengobrol intens berdua.

Lee Jeno? Jangan tanya.
Aku bahkan jarang bertemu dengannya selain di kelas.

Sebenarnya kemana anak itu setiap jam makan malam?

Setelah selesai mandi dan berganti baju, aku menghela napas ketika menyadari Ryujin belum juga kembaliㅡpadahal sudah waktunya makan malam.

Aku hanya bisa berharap, semoga di kantin nanti, aku bertemu Jaemin, Haechan, atau Mark Lee. Tidak nyaman rasanya makan sendirian di kantin sebesar itu.

Suasana kantin sudah cukup ramai ketika aku masuk. Kedua mataku mengedar ke sekeliling dan mendapati Jaemin sedang duduk di salah satu meja bersama lelaki berparas super tampan yang tidak kukenal.

"Liv, kau sendirian?"

Mendengar suara milik Haechan langsung membuatku menghembuskan napas lega.

"Kau juga? Mana Mark?" tanyaku begitu sadar tidak ada sosok lelaki blasteran itu. Biasanya mereka berdua selalu bersama-sama.

Haechan mengangkat bahu. "Dia belum kembali ke kamar. Jisung juga tidak tahu ada dimana. Kenapa semua orang mendadak sibuk?"

"Jisung dan Ryu sedang mengerjakan tugas di perpustakaan," kataku, kemudian terkekeh geli melihat wajah kesal Haechan. "Ya sudah. Kita makan berdua saja."

Kami berdua mulai mengisi piring dengan makanan-makanan yang tersaji. Setelah itu, aku dan Haechan memutuskan untuk duduk di salah satu meja kosong dekat jendela.

"Omong-omong, dimana Jaemin? Biasanya dia selalu bersamamu," tanya Haechan.

Aku berdecak begitu mendengar kalimatnya.
Cih, memangnya aku dan Jaemin itu satu paket dan kami harus selalu bersama setiap saat? Tidak sudi.

"Dia ada di sana," jawabku, menunjuk meja di mana Jaemin berada. "By the way, siapa lelaki yang duduk bersama Jaemin?"

Haechan mengerjap. "Kau tidak mengenalnya?"

THE CURSED BLOOD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang