22. Truth or Dare

159 21 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum🤗
Jangan baca waktu sholat, utamakan baca Al-qur'an, oke🌈


Happy Reading 💞💞


Anara sekarang sudah siap mau berangkat sekolah, setelah sarapan pagi dengan yang lainnya.

"Ma Anara berangkat sekolah dulu ya Ma," ucap Anara menghampiri Mamanya yang tengah duduk dimeja makan lalu mencium tangannya.

"Iya sayang, hati-hati ya, itu kuenya Mama letak di meja ruang tamu, nanti Anara ambil, ya!" pinta Mama dengan senyum hangat.

Anara mengangguk."Iya Ma."

Kini Anara berjalan kearah Neneknya yang sedang duduk santai disitu.

Anara tersenyum dan memberikan tangannya. "Anara pamit sekolah ya, Nek." Namun tangannya tak disambut oleh Neneknya membuatnya mengulurkan kembali tangannya.

Anara menghembuskan nafas kasarnya, dia sudah menduga hal itu sebelumnya.

Namun dia telah berjanji pada dirinya untuk membuktikan pada Nenek bahwa dia benar-benar sudah berubah. Dia harus bisa terlihat tampak tegar dan menjadi Anara yang kuat, bukan cengeng.

"Yaudah deh kalau gitu, Anara pergi ya, assalamu'alaikum." ucap Anara pada semuanya, dan menoleh kearah nenek dengan sebisa mungkin untuk tersenyum, namun nenek justru memalingkan wajahnya, membuat hati Anara kembali sedih, namun dia tak mau menunjukkan hal itu.

"Wa'alaikumsalam." jawab mereka.

Anara telah pergi.

Andre pun turut sedih melihat kepergian adiknya itu, dia sudah mengetahui semua kejadian di rumah ini, termasuk Anara dan neneknya. Mamanya yang sudah menceritakan.

Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka tau sifat nenek yang keras kepala, apalagi jika dia disalahkan dan di bantah, bisa saja dia melakukan tindakan bahaya, seperti dulu yang dilakukannya, yaitu kabur dari rumah karena Raiz atau papa Anara tidak mau mengikuti kemauannya.

*****


"Bosen banget nih." ucap saka dengan bertopang dagu, dengan siku di atas meja, dan tangan sebelah lagi melipat.

Bunga pun mengambil posisi sama seperti Saka. " Iya, bosen banget. Ngapain sih, guru pada rapat!" omelnya dengan mata layu menatap lurus kedepan.

"Hufff..., tapi ada syukurnya juga sih, pikiran gak pusing karena pelajaran." tambah Saka masih tatapan lurus kedepannya.

"Ha'a!" ucap Bunga membenarkan perkataan Saka.

"Acieeee...., kompak bener nih, posisi sama, dan juga tumben akur, ada apa nih?" goda Dimas meledak.

Mereka yang mendengar penuturan itupun sontak kaget, dan saling menoleh satu sama lain.

"Eh! Bunga kuntilanak, ngapain lo ngikutin gaya gue." cerocos Saka, ia baru menyadari ternyata posisi gaya mereka sama, dan juga Saka baru menyadari ternyata dia dari tadi ngobrol sama Bunga.

Bunga pun tak terima dikatain seperti itu. "Eh, botak! jangan asal ngomong ya, ogah gue ngikutin gaya lo, yang ada lo yang ikutin gaya gua. " omel bunga dengan ngotot.

"Enak aja, lo yang ngikutin!" tegas Saka yang tak terima.

"Lo."

Between Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang