Bismillahirrahmanirrahim
Jangan baca waktu sholat, utamakan baca Al-qur'an, oke!Happy Reading 🤓
Andre berjalan gontai menelusuri lorong rumah sakit. Dia tak tau apa yang harus dilakukannya sekarang.
Dia pergi dari kamar rawat Anara, setelah tak tahan melihat adeknya terbaring lemas dengan masih memejamkan mata, sedangkan Mamanya terus menangis, dan Arsen pulang ke rumah, untuk mengambil keperluan menginap yang diperlukan.
Bukan hanya itu yang dipikiran Andre, melainkan pernyataan dokter terakhir yang masih berputar di memorinya.
"Saya sudah minta Anara untuk kemoterapi, atau rutin mengonsumsi obatnya. Tapi, melihat kondisinya sekarang saya yakin, dia tidak rutin mengonsumsi obatnya, dia juga hanya pernah sekali mengikuti kemoterapi, setelahnya tidak pernah lagi."
"Tapi–, melihat kondisi sekarang yang sedang kritis, kami tidak bisa langsung melakukan operasi, dia harus pulih dulu, dan menyiapkan mentalnya."
Selain hal itu, Andre juga memikirkan bagaimana dia bisa mendapatkan uang untuk operasi Anara, ditambah nominalnya yang cukup besar.
Andre keluar dari rumah sakit, dan menuju rumahanya.
Setelah sampai, ia langsung masuk ke kamar Anara, melihat seisi yang begitu sunyi tak ditiduri sang empunya.
Dia membuka lemari pakaian Anara, lalu membuka laci meja belajarnya Anara.
Dan tepat setelah laci itu terbuka, Andre langsung mengambil botol obat yang bertuliskan de nature. Dia yang tak tahu mengenai obat itu, diapun langsung menceknya dari internet.
Dan benar dugaannya, itu adalah obat tumor Anara, dia terduduk lemas menatap dirinya di cermin dengan wajah yang sudah memerah menahan tangis.
"Maafin Andre Pa, Andre gak bisa jaga Anara dengan baik." lirihnya dengan wajah menunduk.
Hingga perhatiannya kini beralih pada kolong meja belajar Anara.
Dia mengambil plastik asoi biru itu, dan setelah melihat apa isinya, Andre benar-benar sok, air matanya meluncur begitu saja tanpa dapat dicegah.
Begitu pandainya adiknya menyembunyikan sakitnya itu, dan terlihat seolah-olah tidak terjadi apa-apa padanya, bukti yang dipegangnya ini, suruh cukup baginya, kalau Anara telah lama mengidap sakit itu, namun disembunyikannya.
Dia menyeka air matanya kembali. Dia adalah laki-laki, tak seharusnya dia cengeng, dia laki-laki tertua yang sekarang ada di sini, harusnyaa dia bisa terlihat tegar bukan lemah seperti ini.
Ia bangun dari kursi tersebut, dan pergi begitu saja.
****
"Kenapa gue sedih ya, kenapa aku khawatir gini." batinnya yang bingung.
Dorr!!
Saka menoleh dengan wajah datarnya menatap orang tersebut.
"Ck, kenapa lo gak terkejut sih?"
Saka hanya diam, dia masih tetap bergumul dengan pikirannya.
"Woii! ngelamun mulu lu!" bentaknya membuat Saka menoleh, namun kembali Saka memainkan bola mata jengah.
"Huh, btw Anara mana? Gak bareng lu? " tanya Bunga, yang membuat langkah Saka berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love [Completed]
Novela JuvenilAnara berlari entah kemana, yang jelasnya dia harus menjauh dari sosok misterius itu. Brugghh... Hingga tak sengaja tubuhnya ambruk, akibat dia menabrak seseorang. "Aduhh.. " Anara meringis kesakitan, kemarin dia menabrak orang tangannya yang luka...