24. OTW Puncak

138 23 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum🤗
Jangan baca waktu sholat, utamakan baca Al-qur'an💗


Happy Reading 🌹🌹


Semua pakaian dan kebutuhan lain Anara telah masuk kedalam tas ranselnya, termasuk juga switer yang tak akan tinggal, berhubung karena mereka liburannya di puncak, dan suhu disana lebih rendah daripada di tempatnya biasa.

(Flashback on)

Anara menghembuskan nafas kasarnya, menghamburkan dirinya di atas tempat tidur, setelah tak melihat Andre lagi.

"Aku harus gimana ya?" lirih Anara, yang masih terus berfikir.

Dia memainkan matanya menelusuri sekeliling kamarnya.

Hingga dia tersenyum senang karena mendapatkan ide yang cemerlang menurutnya.

"Jam tangan, iya jam tangan!" gumam Anara sumringah.

Dia memiliki jam tangan brendit, yang dulu sempat dibelikkan Papanya saat pulang dari AS. Dia berencana akan menjual jam itu, pasti akan banyak uang yang di dapatnya, sisa dari Liburannya nanti akan diberikannya pada Mamanya, dan bisa juga yang ditabung sebagiannya.

Hingga keesokan harinya....

Dia telah menjual jam tangan itu, dan mendapatkan uang yang lumayan besar. Ya, jelas, memang jam itu dibelikan Papa dengan harga jutaan rupiah untuknya.

"Maafin Anara ya Pa.. "batin Anara.

Anara menceritakan pada Mamanya bahwa dia menjual jam itu, Mamanya yang mendengar itupun ikut sedih, bukan sedih karena Anara menjual jam itu, melainkan karena alasan Anara yang menjual jam itu, dia merasa tidak bisa memenuhi keinginan putrinya.

"Ma, gimana dengan nenek, apa nenek bakal ngizinin Anara?" tanya Anara dengan raut sedih.

Mamanya pun tersenyum lembut. "Mama yang akan ngomong sama Nenek." ucapnya.

Sekarang Anara di kamar sedang packing untuk liburannya kepuncak. Namun dia mendengar sedikit keributan dari luar.

"Ma, mama jangan marah gini dong, Anara menjual jam itu juga karena dia butuh uang itu, justru aku yang salah karena gak bisa menuhin kebutuhan Anara." terang Mamanya lembut dengan mata yang berkaca-kaca.

Neneknya pun memutar mata jengah. "Kamu gak salah, ini semuanya salah dia, coba aja kalau dia gak menghilangkan flashdisk itu, pasti dia juga gak akan kesusahan seperti ini." tegas neneknya dengan suara lumayan naik.

"Jangan selalu dikaitkan ke masalah itu Ma, itu semua sudah terjadi, Anara juga kan gak sengaja lakuin itu, Mas Raiz juga pasti sedih kalau tau mama perlakukan Anara seperti ini." bela Mamanya dengan tangisan.

"Halah, malas Mama bahasnya." ucap Neneknya dengan mata jengah. Lalu pergi meninggalkan Mama Nahda.

Anara yang tadi mengintip mendengar pembicaraan itu, kini kembali masuk kekamarnya dengan tangis pecahnya, menangis itulah yang sekarang dilakukannya, dia tidak bisa menahan hal itu walau dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak melakukannya.

"Hiks... hiks... ,"

Anara mendudukkan dirinya dikursi meja belajar, yang di mejanya ada sebuah bingkai foto yang disitu ada gambar Anara kecil, Mama dan Papanya, dia memandangi foto itu dengan berlinang air mata, dan sesak di dadanya.

"Maafin Anara Pa, hiks.. " lirih Anara meletakkan foto itu dalam dekapannya.

(Flashback off)

Between Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang