40. Raja dan Ratu

130 15 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum
Jangan baca waktu sholat, utamakan baca Al Qur'an, Oke✌



Happy Reading...

"Anara," lirih Adnan dengan air mata yang ikut keluar.

"Na!" teriak Adnan bangkit dari kursi rodanya, dan berlari mengejar Anara.

Anara semakin mempercepat langkahnya, dengan sesekali menyeka air mata.

"Na, dengerin kakak dulu!" ucapnya masih berlari kecil.

Hingga langkah Adnan terhenti, saat dia merasakan sakit itu kembali, dia terus memegangi dada kirinyanya, dengan nafas terengah-engah, dan memegang dinding sebagai pondasinya.

Anara yang menoleh, langkahnya terhenti saat melihat Adnan dengan kondisi seperti itu, dia sangat khawatir, namun disatu sisi dia juga merasa sedih dengan kebenaran itu, dia malu.

"Na," panggilnya dengan nada dan ekspresi kesakitan, hingga membuat tubuhnya menyender dan tersungkur ke bawah, dengan wajah pucatnya semakin terlihat.

Anara sangat khawatir,dia tak tahan melihat itu, dia berlari mendekati Adnan yang sudah terduduk di lantai dengan menahan sakitnya.

"Kak... " lirih Anara dengan air mata yang tak dapat ditahannya, Adnan tersenyum dengan sesekali menunjukkan ekspresi sakitnya.

Hingga tak lama Bunda datang dengan raut khawatirnya." Sayang,"
Dan Adnan dituntut beberapa perawat untuk dibawa ke ruangannya.

Sekarang sepi, itulah yang terjadi di ruangan itu, semua bergumul dengan pikirannya masing-masing.

Termasuk Anara, dia menunggu di kursi luar , sedih itulah yang dirasakannya sekarang, masih dengan pakaian seragam sekolahnya.

"Sayang, " panggil lembut Bunda.

Anara yang mendengar panggilan itu menoleh, dan langsung menghempaskan tubuhnya pada pelukan wanita paruh baya itu, dengan sesak di dadanya.

"Bun, kak Adnan itu bukan anak bun yang pertama, kan? dia bukan anak bun yang lagi sakit kan, hikss?" tanya Anara dengan tubuh gemetar dalam pelukan bundanya.

Bunda hanya diam, dengan sesekali mengusap air matanyanya, dia tidak dapat berbicara apa-apa, dia pun merasakan kesedihan yang dirasakan Anara itu. Hingga perlahan-lahan bunda melonggarkan pelukan itu.

Bunda mengelus lembut pipi Anara dan mengusap cairan itu dari pipinya,
Berusaha menunjukkan senyuman tegarnya.

"Adnan itu anak Bunda yang pertama, seperti yang pernah Bun ceritain ke Anara. Anara masih ingatkan saat Bunda bilang 2 wanita yang jadi penyemangatnya, itu, hikss..., Bunda dan Anara." ucapnya dengan tubuh gemetar.

Lagi-lagi Anara tak dapat menahan cairan bening itu menetes di pipinya, tubuhnya gemetar, badannya lemas, dan sesekali memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing, dia merasa sangat merasa bersalah sekali, karena mengambil kesimpulan yang pendek tentang Adnan dulu.

Anara melangkahkan kakinya dengan perlahan memasuki ruangan itu, ruangan yang sangat elite, hal itu wajar menurut Anara, latar belakang keluarga Adnan termasuk orang yang tergolong hebat, perusahaan ada di mana-mana,bukan tidak mungkin jika menyewa tempat istimewa seperti ini sangat mudah bagi mereka.

Dia masuk dan mendekat ke arah tempat tidur yang ditiduri oleh seorang pangeran yang pernah mengisi hari-harinya menjadi berwarna itu.

Orang yang pernah menjadi alasan dia untuk memperbaiki seni lukisnya, orang  yang pernah selalu menasehatinya dikala berbuat tidak baik, orang yang pernah selalu mengantarkannya pulang jika sudah larut malam, orang yang selalu mengucir rambut Anara saat olahraga, orang yang pernah selalu mengisi harinya dengan canda tawa, orang yang pernah membuatnya terjatuh dari sepeda motor dan setelah itu digendong, lalu ditraktir belik apapun sepuasnya.

Between Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang