32. Support

122 16 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum🤗
Jangan baca waktu sholat utamakan baca Al-qur'an, oke💝



Happy Reading🌻

Tanaman-tanaman ada di mana-mana, baik yang besar maupun yang kecil, sehingga menimbulkan kesan sekolah hijau, dan wajar jika telah masuk ke dalam 10 besar sekolah Adiwiyata Nasional.

Begitu juga sampah-sampah organik berserakan di mana-mana, itulah sekarang yang sedang ditangani Anara, sebagai hukuman yang sedang dijalankannya, dari pulang sekolah tadi.

Untung dia masih mendapatkan keringanan, hanya membersihkan di bagian taman sekolah, jika harus sekeliling sekolah mungkin saja akan membutuhkan waktu yang cukup lama membersihkannya.

"Huh... " Anara beristirahat sejenak, sembari meneguk air yang didalam botol minumnya.

Sedih itulah yang dirasakannya sekarang, dia ikhlas jika menjalani hukumannya walau dia tau itu bukan kesalahannya.

Namun, yang disedihkannya ialah kehilangan sahabatnya Lia, kecewa juga dirasakannya karena Lia tidak percaya padanya.

Dia terdiam di bawah bangku taman sekolahnya, sepi, sunyi, itulah yang dirasanya, hanya terdengar suara kecil siswa-siswi lain  yang sedang ekskul, membuat ketenangan disana, namun berbeda hal dengan pikirannya.

Hingga suara seseorang memecah keheningan, membuat Anara sontak menoleh ke arahnya.

"Eh, Radit!"

Radit pun tersenyum pada Anara, lalu mendudukkan dirinya di bawah pohon. Karena dia tau jika dia duduk di samping Anara, nanti Anara merasa tidak nyaman, dan bahkan menjauh darinya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Anara, melihat Radit masih memakai kostum basketnya, dan masih terlihat keringat di bajunya, walau sebenarnya jujur Anara merasa itu tidak bau, justru wangi, anehkan, hihihi.

"Mau ketemu sama kamu?" ucapnya santai.

Anara menyerngit bingung. " Kalau gitu, ini udah ketemu kan? berarti udah selesai dong."

Radit terkekeh kecil." Jadi, kamu mau ngusir aku, nih?"

Anara menggeleng dan kembali bingung dengan dirinya. " Bukan, eh, gimana ya. Maksudnya, gak enak kalau cuman kita dia disini!" jelas Anara sedikit kikuk.

"Siapa bilang kita bedua, lihat tu ada pohon, ada kucing, ada rumput, ada bunga, dan mereka juga makhluk hidup, kan? dan yang utamanya ada Allah." ucap Radit dengan senyumannya.

"Iya, aku tau, tapi---" ucap Anara terhenti, saat mendapat gelengan kepala dari Radit, membuat Anara menyerngit bingung. " Kenapa?"

"Ada CCTV juga kok, itu!" ucap Radit menunjuk sebuah benda di atas dinding bangunan itu.

Anara hanya bisa diam dan pasrah.

Setelah itu keheningan terjadi, Anara sibuk dengan permasalahan dipikirannya sekarang, sedangkan Radit bingung mencari pembahasan.

Hingga Radit melihat dan menyadari, perubahan pada wajah Anara yang semakin pucat." Na, kamu sakit?" tanyanya dengan khawatir.

Anara menggelengkan kepalanya. "Nggak."

"Kamu yakin, baik-baik aja?."

Anara hanya diam. Memang dia merasakan hal itu, pusing yang sedari tadi di rasanya, juga lapar yang sedari tadi ditahannya.

Bukan karena ditahan, melainkan nafsu makannya hilang, sebab terlalu banyak permasalahan dipikirannya, mungkin itu penyebabnya, apalagi dia belum makan sedari pagi, pikirnya.

Between Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang