54. SINTA

103 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum
Jangan baca waktu sholat, utamakan baca Al-qur'an, Okey

Happy Reading❤

Saka mondar-mandir tak menentu, dia sangat bingung, apa yang harus dilakukannya sekarang, apakah dia harus mengungkapkan kebenaran tentang dirinya, tapi dia takut kalau dia akan dibenci, dan itu pasti terjadi.

"Arggg!" teriaknya frustasi.

Hingga dia teringat seseorang. "Sinta," ucapnya yakin, dan berlalu meninggalkan ruangan abu itu.

Setelah tak berapa lama menempuh jarak, akhirnya dia sampai ditempat tujuan, namun orang yang dituju tak ditemukannya juga.

"Bi, bibi tau dia kemana?" tanyanya sambil celingak-celinguk memerhatikan sekitar.

"Bibi gak tau, tapi sebelum nak Sinta keluar, dia sempat ngamuk dan barang-barangnya semua diberantakin, udah lama nak Sinta gak kambuh, tapi sepertinya kumat lagi." jelasnya.

Saka menyerngit bingung. "Kumat? Memangnya Sinta sakit apa bi?" tanyanya yang memang tak tau menau tentang hal itu.

"Lah kirain Saka udah tau, ternyata belum toh. Nak Sinta itu sakit Skizofrenia, makanya Bibi kasihan, udah Mamanya gak ada, dan papanya sibuk kerja, yah gitu deh."jelasnya dengan raut sendu.

Sedangkan Saka masih diam membeku, dia tak tau harus berucap apa setelah mendengar pernyataan itu. " Makasih ya bi, saya permisi dulu." ucapnya berlalu masih dengan raut khawatir.

Kembali ia memastikan tentang penyakit itu dengan membuka internet, dan benarlah dugaannya. Saka menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, cemas lah yang di rasanya, hingga pikirannya teringat pada seseorang.

"Anara," lirihnya, dan berlari meninggalkan lokasi itu.

****

Anara semakin menangis ketakutan, dia tak tau harus melakukan apa saat ini, tubuhnya sudah berada di titik akhir dinding, harus kemana lagi dia berlari sedangkan posisinya sudah tersudut.

"Kak, kak Andre, Mama, Suster!" teriak Anara ketakutan.

"DIAM GAK!" senggaknya. " Semakin kamu teriak semakin aku bakal nyakitin kamu, bukan hanya kamu, tapi orang disekitar kamu juga. Oiya ya, aku lupa, percuma gak ada yang nolong juga kok, hahaha, kasian." ucapnya dengan mata sinis, dan berbisik disamping Anara membuatnya sedikit berdegik ngeri, ditambah silet di tangannya.

"Kamu siapa sih? Apa kamu masih dendam gara-gara aku gak sengaja nabrak waktu itu, tapi kan aku dah minta maaf." terang Anara dengan suara bergetar ketakutan.

Anara semakin ketakutan, saat silet itu tepat diarahkan pada wajahnya dengan jarak beberapa centi, napasnya pun semakin tak teratur.

"Kamu mau apa?" teriak Anara saat tiba-tiba orang tersebut mengikat tangan Anara, dan menutup matanya. Anara benar-benar tak berdaya, tenaga wanita itu sungguh kuat, membuatnya tak mampu melawan.

"Aww, " ringis Anara dengan air mata meluncur begitu saja. Sakit, perih yang di rasanya saat merasakan sentuhan benda tajam itu menyayat tangannya.

"Ya Allah, Anara gak mau meninggal dalam kondisi seperti ini, selamatkan Anara ya Allah, Anara takut, apa Anara mau dimutilasi?" batinnya cemas.

"Astaghfirullah." lirihnya menggeleng-gelengkan kepala.

"Lepasin aku!" isak Anara. "Aku gak pernah buat jahat sama kamu, tapi kenapa kamu lakuin ini?"

Between Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang