Ally Wooden - Prolog

2.3K 129 18
                                    

Jika ada nasib yang sangat buruk dari gadis muda berusia delapan tahun yang harus hidup dengan bibi tirinya, dia adalah Ally Wooden. Setelah ditinggal menikah lagi oleh sang ayah tiri, Ally terpaksa diasuh oleh Esme Wooden. Meski hanya bibi tiri tapi Esme sangat menyayangi Ally muda. Dia mengajak gadis itu pindah ke rumah majikannya dan ikut dengannya bekerja.

"Kau membawa anak?" Tanya sang nyonya rumah, Aurora Kier.

"Dia anak kakakku." Jawab Esme dengan wajah tertunduk.

"Kami tidak bisa menerima pelayan yang datang membawa anak kerumah kami." Sang nyonya rumah menolak kedatangan gadis dengan wajah polos yang bersembunyi di balik rok bibinya itu.

"Sayang..." Sang suami meraih tangan isterinya, dia adalah Robert Fladimir. "Siapa namamu?" Tanya pria berhidung mancung itu pada gadis kecil yang ketakutan di balik rok bibinya.

"Ally..." Suara lembut itu terdengar, dan wajahnya menatap sang tuan dari balik bulu mata lentiknya.

"Ally, kau gadis yang manis. Kemarilah." Ujar Robert sambil mengulurkan tangannya, sementara Aurora tampak memutar matanya, muak dengan kelakuan sang suami.

"Berapa usiamu?" Tanya sang suami pada gadis kecil itu.

"Delapan." Jawabnya ragu.

"Kau setahun lebih muda dari Ivanca puteri kami, mungkin kau bisa menjadi temannya."

"Rob!!" Aurora menghela nafas dalam dan menatap suaminya dengan kesal.

"Sekarang ikutlah bibimu dan minta makanan padanya." Ujar Robert Fladimir.

"Kami permisi." Esme membawa Ally pergi dari ruangan itu dan membawa Ally masuk ke kamarnya. Esme meraih tangan mungil Ally dan menatapnya dalam. "Aku akan melindungimu." Katanya lirih, seluruh hatinya hancur mengingat perlakukan kakak kandungnya pada ibu Ally. Dia membiarkan ibu Ally mati di rumahnya tanpa perawatan sementara wanita itu sedang sakit keras dan anaknya kelaparan berhari-hari karena ditinggalkan dengan ibu yang tidak berdaya.

Esme kembali ke desa karena mendapatkan kabar dari seorang tetangga keluarga Ally yang mengeluh tentang perlakuan kasar ayah Ally pada ibunya dan gadis kecil itu. Esme segera kembali ke desa, tapi sayang, sudah sangat terlambat bagi ibu Ally untuk mendapat pengobatan. Dia bahkan meninggal sehari setelah Esme membawanya kerumahsakit terdekat. Karena kelakuan sang kakak, akhirnya dia harus menanggung kehidupan keponakannya yang sebatangkara saat ini sementara Wilson kakaknya menikah lagi dengan janda kaya di kota lain dan sekarang bahkan tak lagi berkabar.

"Kau lapar?" Tanya Esme dan Ally mungil mengangguk.

"Akan kuambilkan makanan." Esme bergegas kedapur dan meminta sedikit makanan pada Rene, rekan kerjanya yang bertugas memasak di dapur.

"Oh, apa yang kau lakukan dengan panekuk itu. Dasar rakus, kau bahkan makan diluar jam makan." Gerutunya.

"Nanti kujelaskan." Esme membawa panekuk hangat itu dengan piring dan saus berry. Sesampai di kamar dia memberikan panekuk itu pada Ally, dan bukannya memakannya, Ally justru menangis sesenggukkan.

"Sayang, kau tak suka makanannya?" Tanya Esme bingung, sementara air mata Ally terus berjatuhan dia menggeleng.

"Apa yang salah?" Tanya Esme semakin bingung.

"Aku merindukan mama." Ujar Ally kecil dengan bibir bergetar dan seketika seluruh jiwa Esme hancur berkeping-keping.

"Aku akan menjagamu seperti mamamu menjagamu, aku berjanji. Sekarang makanlah." Esme menggulung bocah kecil itu dalam pelukannya. Diapun berkaca-kaca tapi berusaha untuk tidak meneteskan air matanya didepan keponakannya itu. Menangisinya hanya akan menambah perih luka batin gadis itu.

_____________________________

Welcome to my original new story, semoga kalian bisa menikmatinya yaaaaa....

Aku akan update sampai part 1 dulu malam ini, dan akan aku update lagi setelah tahu respon kalian, banyak like dan komen yaaaa, makin banyak makin cepet update. To be honest, di laptopku udah sampai part 13 dan masih on going, jadi kalau kalian suka dan kasih respon positif aku akan cepet publish part part selanjutnyaaaaaaa.

Love you all

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang