Ally Wooden - Part 15

820 97 12
                                    

Kaki Paul menekan pedal gas mobilnya semakin dalam, rahangnya mengeras, sementara emosinya memuncak saat mengingat ucapan Ally soal brandalan bernam Robin Parker yang ternyata adalah kekasih Ally Wooden. Pikirannya menjadi sangat kacau saat dia kembali ke North Carolina setelah dua tahun karena permintaan ibunya, dan keduanya demi sebuah perjodohan.

Perjodohan pertamanya dengan puteri keluarga Fladimir yang berakhir dengan penipuan akhirnya diganti dengan perjodohan lain, Jane Monarez, puteri tunggal keluarga Monarez yang berdarah Latin.

Jane bukan orang baru bagi Paul, karena mereka sempat menjadi rekan bisnis di bidang Fashion di New York. Jane adalah pemilik salah satu butik terkenal di New York yang memegang beberapa brand termasuk brand yang dikeluarkan oleh perusahaan Paul.

Dua tahun setelah kegagalan perjodohan pertama Paul dengan puteri keluarga Fladimir, Catherine Walton dilarikan kerumah sakit dengan diagnosa gagal jantung. Itu adalah saat kritis di mana untuk pertama kalinya Paul menyerah tanpa syarat pada ibunya untuk bersedia di jodohkan, dan satu-satunya kandidat yang ada saat itu adalah Jane. Selain bekerjasama dengan Paul, Jane ternyata juga bekerjasama dengan bridal milik Catherine Walton, jadi dia adalah wanita yang tepat, yang sudah dikenal baik oleh Paul dan ibunya, itu sebabnya pertunangan mendadak ini segera dilaksanakan begitu Catherine dinyatakan pulih setelah pemasangan ring pada jantungnya.

Mengapa North Carolina? Ternyata nenek Jane tinggal di sini, juga beberapa keluarga besarnya. Jane lahir dan tumbuh besar di North Carolina sebelum usaha orang tuanya merambah hingga ke New York dan keluarga mereka pindah kesana. Tapi karena sebagian kerabat dan kenalan tinggal di kota kecil ini, akhirnya mereka memilih North Carolina sebagai tempat yang tepat untuk menghelat pertunangan.

Awalnya keluarga Walton menolak, tapi Paul, entah setan dari mana yang merasukinya, dia justru meyetujuinya begitu saja. Rasa bersalahnya yang hidup dan berkembang bersama kesibukannya setiap hari di kota New York membuatnya ingin menghukum dirinya sendiri.

Menikah dengan Jane bukan sebuah mimpi indah, melainkan bencana bagi Paul. Dan jika pernikahan itu terjadi di kota di mana ingatannya lekat pada seorang gadis bermata biru bernama Ally, mungkin itu akan menjadi hukuman paling buruk baginya, dan Paul menganggap itu pantas dia dapatkan, setelah apa yang dia lakukan pada Ally. Gadis polos yang tak berdosa itu.

Sialnya di hari pertamanya datang ke North Carolina, saat berkendara dengan mobil dalam kecepatan tinggi menuju rumah kediaman Monarez, Paul Walton melihat seorang gadis muda dengan rambut di kuncir ekor kuda, mengayuh sepeda dengan lambat.

Meski hanya berpapasan dalam hitungan detik, tapi bayangan wajah Ally menyeruak dalam pikirannya kembali.

"Paul, aku akan pergi memesan kue, apakah kau ingin pergi bersamaku?" Tanya Jane begitu mereka bertemu di rumah keluarga Monarez, tempat nenek Jane tinggal.

"Sepertinya tidak." Ujar Paul.

"Jadi kau datang untuk?" Alis Jane bertaut, mereka janjian haru itu untuk melihat kue pertunangan dan Paul membatalkannya begitu saja setelah berpapasan dengan Ally. Dia bahkan tampak murung saat menemui Jane.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jane.

"Yah, mungkin aku butuh istirahat sebentar." Jawab Paul.

"Baiklah, pergilah ke kamar atas. Mungkins sebaiknya kau tidur." Ujar Jane sebeum meninggalkan Paul dan pergi ke toko kue milik Mrs. Zoe.

***

Bayangan Paul terseret pada malam pertunangan itu, setelah acara seremonial digelar dengan meriah dengan tamu undangan terbatas, Paul memilih untuk menghilang dari pesta. Dia menepikan mobilnya dan menenggak setengah botol bir untuk menghapus kepenatan dalam kepalanya. Bagaimana tidak, bahkan saat dia memasangkan cincin pada jari manis Jane, Paul melihat wajah Ally di hadapannya dan bukannya Jane.

Sialnya dia justru benar-benar bertemu Ally malam itu dalam insiden kecil, dan hasratnya tak terbendung saat Ally bersiap mengantarnya pulang.

"Shitt!!!" Bayangan Paul saat dirinya melumat lembut dan hangatnya bibir Ally kembali menyeruak, membuat Paul menekan pedal rem dengan dalam sekaligus hingga menimbulkan decitan keras cakram rem yang mencengkeram velg ban mobil mewahnya.

Paul memukul kemudinya dengan keras, kemudian menjatuhkan kepalanya ke sandaran jog mobilnya. Satu tangannya meremas pangkal hidungnya, bayangan wajah Ally saat dia mengatakan bahwa Robin Parker si brandalan sialan itu adalah kekasihnya kembali menghantui, seolah kalimat itu bergaung berulang-ulang di telinganya. Saat Ally memohon padanya untuk membebaskan kekasihnya.

"Damn!!" Umpat Paul kesal.


__________________________

Yang Mau Triple Update kasih komentarnyaaaa yukkkkk

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang