-AllyPOV-
Sudah tengah hari dan aku masih mengunci diri. Kurasa mereka sudah berpindah dari dapur jadi aku bisa menemukan sesuatu untuk mengganjal perutku, atau setidaknya segelas air mineralpun cukup.
Aku berjalan menuruni anak tangga dan segera menuju dapur, sial memang, Ivanca berdiri di sana dengan segelas jus di tangannya.
"Oh hai." Dia tampak berbeda dengan Ivanca yang kutemui dua tahun lalu.
"Hai." Aku tertunduk.
Kudengar suara ketukan sepatu mendekat ke arahku. "Kuperingatkan kau, jauhi Gail." Bisiknya dengan penuh penekanan di telingaku. Dia mengambil sesuatu dari tasnya yang tergeletak di meja bar kemudian mengeluarkan sejumlah uang. "Ambil ini dan enyah dari hadapan Gail segera." Ucapnya sambil meletakkan uang itu di dalam genggaman tanganku.
"Ivanca,..."
"Kita tidak saling mengenal, ingat itu!" Gertaknya.
"Ivanca,..." Aku meraih tangannya tapi dia mengibaskan tanganku.
"Kau selalu menjadi pengacau dalam kehidupanku Ally. Jadi enyahlah dari hadapanku, atau usahaku mendapatkan Robert Gail akan sia-sia karena kehadiranmu."
Aku terperagah. "Aku tidak merebut siapapun darimu Ivanca."
"Persetan dengan anggapanmu, jika kau merasa kita pernah memiliki hubungan baik, maka anggap saja saat ini permohonan terakhirku. Pergi secepatnya dari hidup Gail, sudah cukup kau menjadi benalu yang menempel di semua tempat dan membuat orang-orang yang berusaha melindungimu justru menderita." Ivanca memicingkan matanya ke arahku dan entah mengapa aku merasa baru saja di hantam dengan palu besi hingga seluruh isi kepalaku berhamburan.
Benar yang dikatakan Ivanca, aku benalu. Dan setiap kali aku menempel, aku justru membuat orang-orang itu terluka, menderita bahkan mati. Ibuku dan bibi Esme bahkan harus meregang nyawa karena rasa sayangnya padaku, Robin, meski karena kebodohannya dia harus masuk penjara, dan sekarang Gail, apa yang akan terjadi pada Gail jika aku terus berada di rumah pria muda ini.
"Kalian di sini?" Suara Gail membuat Ivanca terkesiap.
"Oh Sir, aku sedang bertanya pada Mss. Wooden, mungkin dia ingin makan siang." Bohongnya.
"Ya, makanlah Ally, aku dan Mss. Fladimir sudah makan."
"Ya." Anggukku, kusembunyikan uang itu di balik punggungku, bagaimanapun juga aku menyayangi Ivanca seperti saudariku sendiri, dan aku tidak ingin dia terlihat buruk di hadapan bosnya.
"Kita bisa lanjutkan memeriksa berkasnya?" Tanya Gail.
"Tentu Sir." Ivanca menoleh ke arahku dan menatapku seolah dia sedang ingin mengancamku.
"Kau ingin aku menemanimu makan?" Tanya Gail
"Tidak terimakasih." Aku benar-benar tidak ingin Gail lebih manis dari ini terhadapku saat Ivanca berada di tempat ini. Kurasa darahnya mendidih melihat bagaimana cara Gail menatapku.
"Ok, aku akan segera menemuimu setelah pekerjaanku selesai." Gail meninggalkan kami berdia dan Ivanca sekali lagi mendekatiku, dengan tangan kurusnya dia mencengkeram rahangku, dia benar-benar mirip brandalan tak beretika sekarang, apa yang merasukinya.
"Aku bisa membuatmu dalam kesulitan jika kau mengabaikan kata-kataku." Tutupnya sebelum hak stilettonya menghentak-hentak mengikuti langkah Gail.
Kepalaku berdenyut-denyut, begitu mereka menghilang dari hadapanku, aku segera membuka lemari pendingin dan menemukan sepotong piza sisa semalam kemudian segera mengunyahnya dengan cepat dan meneguk air mineral satu gelas penuh. Setelah itu aku bergegas ke kamarku, mengambil tas rangselku dan memasukkan beberapa potong pakaian kemudian mengendap-endap keluar dari rumah Gail.
Dia mungkin tidak menyadari bahwa aku menghafalkan sandi pengaman di setiap pintunya, bahkan pagar rumahnya.
Now I run, nowhere
Now everything complete, none, nowhere, and homeless.
New York benar-benar membuatku menjadi glandangan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ally Wooden
RomanceKisah cinta seorang gadis biasa bernama Ally Wooden (tinggal di North Carolina) yang bahkan sejak kecil harus mengalami ketidakberuntungan karena ditinggalkan pergi untuk selamanya oleh sang ibu di usia delapan tahun dan ayahnya pergi untuk menikahi...