Ally Wooden - Part 12

803 94 9
                                    

Dua tahun berlalu, Fladimir akhirnya tertangkap atas kasus penggelapan uang investasi dan masuk bui. Sementara itu Aurora Fladimir jatuh sakit hingga meninggal dunia dan Ivanca seolah menguap di telan bumi. Meski ayah dan ibunya mengalami nasib yang sangat buruk, tapi gadis itu tak menunjukkan batang hidungnya. Bahkan yang hadir di pemakaman Aurora hanyalah suaminya (setelah mendapat dispensasi dari penjara), Ally dan Esme juga pendeta.

Dua tahun berlalu dan kehidupan membaik bagi Ally meski tidak pernah benar-benar baik. Ally selalu menjadi gadis pekerja keras yang harus membalas budi pada bibinya seumur hidup, karena kalau bukan karena Bibinya, dia mungkin sudah mati kelaparan saat usianya delapan tahun.

Soal asmara tidak pernah menajdi prioritas bagi Ally, meski ada Robin, tetangga mereka yang tinggal tak terlalu jauh, menaruh hati pada Ally. Pria brandal yang sering membuat keributan itu benar-benar menginginkan Ally, meski begitu dia tidak pernah memaksa Ally dengan cara kekerasan.

Dunia Ally hanya seputar bangun pagi, kemudian ke pasar tradisional membeli sayur dan bahan pangan, kemudian bekerja hingga pukul delapan malam dan kembali ke rumah untuk beristirahat. Setiap pagi semua akan terjadi hampir persis seperti sebuah tombol "replay" yang ditekan ulang.

Hari ini tombol itu membawa hari yang berbeda karena untuk pertama kalinya setelelah dua tahun berlalu dia melihat wajah itu lagi.

"Ally,.. segera kedapur, sebuah pesanan besar datang untuk pesta." Ujar Layla begitu dia memarkirkan sepedanya.

"Ok." Angguk Ally cepat. Dia bergegas lari ke dapur kemudian membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya, celemek dan topi kemudian bersiap untuk menghias kue. Dia memang diandalkan untuk bagian itu, menghias kue pernikahan. Beberapa orang bahkan menganggap Ally memiliki tangan malaikat ketika melakukan pekerjaannya.

"Siapa yang memesan kue mendadak?" Tanya Ally pada Nathania.

"Seorang pria kaya, dia baru saja membeli resort mewah di kota ini." Ujar Nath.

"Aku bahkan baru mendengar jika ada resort mewah di kota ini."

"ALLY,..." Nath memutar matanya. "Kau tidak membaca surat kabar ya?" Tanya Nath dengan tatapan menyipit ke arah Ally.

"Never." Geleng Ally.

"Dia memesan tiga ratus kue sebagai hampers untuk para tamu undangannya, malam ini adalah malam pertunangannya."

"Oh." Ally mengangguk.

"Ini designnya, kita akan bekerja keras hari ini." Ujar Nath.

"Tentu saja." Ally mengambil kertas itu dan melihat designnya untuk mempelajari bentuk yang diinginkan pelanggan.

"P & J" Ally mengeja inisial itu.

"Yep." Angguk Nathania. "Pastikan kau membuat bunga secantik design itu."

"Ok."

Ally dan enam orang temannya segera sibuk menghias kue karena panggangan pertama sudah keluar dan siap untuk dihias. Mereka melakukan pekerjaan itu bahkan hingga Ally melewatkan makan siangnya.

"Ally,..." Suara serak seorang wanita dengan ketukan sepatu yang terdengar menghentak-hentak lantai terdengar.

"Ya." Ally menoleh.

"Temui Mss. Jane, dia ingin bicara langsung denganmu untuk kuenya."

"Baik Mrs. Zoe." Ally melepas sarung tangannya kemudian meletakkannya dan mengikuti Mrs. Zoe sang pemilik toko. Disana dia bertemu seorang wanita.

"Hai." Sapa wanita berambut blonde itu ramah.

"Hai."

"Aku Jane." Dia memperkenalkan diri.

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang