Ally Wooden - Part 34 (II)

782 94 13
                                    

-Paul POV-

Hari ini aku merasa begitu penat, entah atas alasan apa Jane meminta mempercepat rencana pernikahan dan ibuku berusaha membujukku untuk mengiyakannya. Sementara aku sangat fokus dengan pekerjaanku, tapi sungguh terganggu dengan rengekan tidak masuk akal para wanita itu.

"Aku hanya akan menikah jika sesuai dengan apa yang sudah di sepakati sebelumnya." Kalimat itu aku lontarkan pagi ini saat ibuku mendatangiku ke kantor, tempat yang sakral bagiku untuk tidak membicarakan urusan rumah.

"Jane datang ke rumah pagi ini dan sangat ingin mempercepat rencana pernikahan kalian, mungkin dia hamil." Ujar ibuku.

"Oh mom, jangan mau dibodohi olehnya. Dia wanita modern yang tidak suka direpotkan dengan tangisan bayi, jadi mana mungkin dia membiarkan dirinya hamil sementara aku hanya tidur dengannya sekali!" Bentakku.

"Paul,..." Ibuku memegangi kepalanya dan itu membuatku khawatir. Jadi aku memilih mengakhiri pembicaraan kami.

"Aku akan mempertimbangkannya, beri aku waktu." Itu kalima terakhirku sebelum akhirnya sibuk dengan pekerjaanku. Bagiku pekerjaan adalah tempat persembunyian terbaik dari segala masalah perjodohan ini, lagipula hampir separuh usiaku kuhabiskan dengan berkutat pada hal-hal yang kusukai, tentu saja Pernikahan bukan termasuk didalamnya.

Sore ini saat aku berkendara dalam keadaan tertekan entah mengapa bayangan Ally muncul kembali. Seolah-olah aku melihatnya sedang makan di sebuah restoran cepat saji, tepat di sisi dinding kacanya.

Oh mungkin aku sudah sangat gila sekarang ini, sampai-sampai aku melihatnya dimanapun hampir setiap hari. Tapi karena hari ini dia tampak begitu nyata, aku memutuskan untuk memutar balik dan berhenti di tepi jalan. Aku bahkan menghentikan mobilku dalam keadaan mesin menyala untuk memastikan wajah gadis itu.

Jantungku melonjak saat kulihat itu benar-benar Ally Wooden, Bagaimana bisa dia berada di New York?

Kutunggu dia keluar dari restoran itu dan saat dia berjalan menyusuri trotoar, kuikuti dengan mobilku, hingga cukup jauh dan dia masih terus berjalan. Apa dia berjalan tanpa tujuan? Ah, sial. Aku tidak tahan lagi, hingga akhirnya kuputuskan mendahuluinya dan menghentikan laju mobilku. Memandang wajah pucatnya yang kusut dari spion mobilku membuat darahku berdesir hebat. Ally... dia benar-benar membuatku frustasi.

Disaat aku sudah hampir bisa menerima keinginan ibuku sebagai "hukuman" yang mungkin harus kujalani, mengapa dia hadir dan seolah bisa kuraih sekarang.

Kubuka pintu mobilku dan segera berlari ke arahnya. Aku memeluknya erat dalam dekapan, dan dia tidak memberontak. Mengapa dia tidak memberontak seperti yang biasa dia lakukan?

Aku sungguh merindukan aroma wangi lembutnya, dan sialnya aku tidak peduli dengan bagaimana orang-orang yang lalu lalang di tempat itu memandang kami.

"Bagaimana kau bisa ada di New York?"

Dia tidak mejawab, tubuhnya bergetar dan dia menangis tersedu di pelukanku. Persetan dengan seluruh dunia, saat ini aku hanya ingin berdiri memeluknya seperti ini. Membiarkan dia meluapkan seluruh tangisnya dalam dekapanku. Aku tahu dia gadis yang lembut, meski dia selalu bersikap keras padaku, tapi dia benar-benar gadis yang lembut dan rapuh.

____________________________

OK TEBAKAN KALIAN BENER, ITU PAUL

tapi apa yang akan terjadi setelah ini kira-kira??

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang