-New York City-
Paul tampak sedang bersiap untuk pergi ke kantor saat tiba-tiba ibunya datang kerumah mewahnya.
"Paul,..." Dia bahkan masuk ke kamar puteranya itu begitu saja.
"Mom,..." Paul berbalik dan segera memberikannya sebuah pelukan. "Are you ok?" Tanya Paul sambil menatap ibunya itu.
"Getting better sweetheart." Jawab Catherine dengan senyum memuai di wajahnya. Sang ibu dengan sangat terampil segera mengikat dasi untuk puteranya itu.
"Kapan terakhir kali mommy periksa ke dokter?" Tanya Paul khawatir.
"Rutin setiap minggu, dokter datang kerumah kita. Sebulan sekali aku datang kerumahsakit." Ujar sang ibu sambil menepuk-nepuk kemeja Paul.
"Kau sangat tampan." Bisik Catherine dengan mata berkaca-kaca.
"Mom, ada sesuatu yang terjadi?" Alis Paul bertaut menatap ibunya.
"Tidak sayang." Catherine tersenyum, meski begitu dia menarik nafas dalam sebelum berjalan menuju sofa. "Aku selalu menginginkanmu menikah, dan setelah harinya semakin dekat aku merasa tidak siap." Wanita itu segera menekan-nekan ujung matanya dengan telunjuk. "Oh, lihatlah, aku menjadi sangat cengeng belakangan ini." Dia kembali tersenyum, perasaannya sungguh campur aduk saat ini.
Paul berjalan mendekati ibunya itu dan duduk di sisinya. Dia meraih tangan keriput ibunya itu dan menciumnya. "Kau tetap akan jadi satu-satunya wanita yang paling berharga untukku." Paul menatap ibunya itu dan Cat tampak tersenyum.
"Setelah menikah, cintamu akan sepenuhnya untuk isterimu." Catherine mengusap wajah puteranya itu.
Paul tampak tertunduk sekilas. "Mom,..." Dia menelan ludah, rahangnya bahkan terlihat mengeras sekilas, membuat Catherine mengalihkan perhatian seutuhnya pada puteranya itu.
"Bagaimana jika aku tidak bisa mencintai Jane sepanjang pernikahan kami."
"Apa maksudmu?" Alis Catherine bertaut menatap puteranya itu. "Paul, apa yang coba kau katakan?"
Paul meremas lembut tangan ibunya. "Aku menikahi Jane karena kau menginginkannya, dan itu tidak masalah bagiku." Paul tersenyum menatap ibunya, tapi alis Cat masih menyatu, dia benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Paul.
"Kau juga tahu selama ini aku tidak pernah percaya bahwa aku bisa menginginkan perempuan seperti Daddy menginginkanmu." Imbuh pria muda itu.
"Sayang,... apa yang coba kau katakan?" Catherine tersenyum menatap puteranya.
"Aku tidak ingin mengecewakanmu, seumur hidupku aku akan berusaha melakukan apa yang kau inginkan. Bagiku itu yang terpenting."
"Paul Walton, jangan berputar-putar, ini bukan dirimu. Katakan apa yang ingin kau katakan." Catherine benar-benar merasa Paul tidak seperti biasanya.
"Kau ingat kejadian dua tahun lalu tentang keluarga Fladimir?" Paul tampak berhati-hati mengucapkan kalimat itu.
"Ohhh,... bisakah kita tidak membahas itu lagi?" Tiba-tiba ekspresi Catherine berubah.
"Aku jatuh cinta pada Ally mom." Jujur Paul, dan ibunya tampak menatapnya dengan tatapan shock.
"Tapi itu tidak akan merubah apapun." Paul cepat-cepat mengkoreksi kalimatnya. "Aku akan tetap menikahi Jane, seperti yang kau inginkan." Paul segera bangkit dari tempanya duduk dan berjalan ke arah cermin besar. Dia benar-benar tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya di hadapan sang ibu. Ini hal yang aneh menurutnya, karena sepanjang hidup pria itu, dia tumbuh dengan berbagai prinsip yang logis dan tidak pernah melibatkan perasaannya.
Catherine berjalan ke arah puteranya itu. Dia menghalangi Paul menatap ke arah cermin.
"Paul Walton." Bibir Catherine bergetar, dia bahkan tampak menelan ludah. "Kau puteraku, Paul Walton?" Mata wanita setengah baya itu bahkan berkaca-kaca menatap puteranya.
"Mom, don't be so emotional. Jangan pikirkan soal apa yang kukatakan, aku hanya meracau." Paul meraih wajah ibunya dengan kedua tangannya. "Aku akan menikahi Jane, jangan khawatir." Paul berujar cepat.
"Hari ini aku harus meeting sangat pagi, akan kuhubungi nanti." Paul segera mencium pipi ibunya itu dan bergegas keluar dari kamarnya. Berbicara dengan ibunya lebih jauh hanya akan membuat emosinya kembali tidak stabil setelah dua minggu terakhir dia mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Menerima pernikahannya dengan Jane tidak terlalu buruk mungkin, lagipula Jane adalah wanita muda yang memiliki tubuh indah untuk dinikmati sebagai seorang pria.
"Bukannya pernikahan hanya soal seks,..." Desis Paul dalam hati. Dia duduk di bangku penumpang dengan supir yang mengendarai mobilnya.
Paul mengambil ponselnya kemudian mengirim pesan pada ibunya. "Jangan terlalu memikirkan apa yang kukatakan, Mommy harus tetap sehat untuk bisa melihatku menikah." Tulisnya sebelum kembali menyarungkan ponselnya ke balik blazer hitam berbahan premium yang dia kenakan.
_______________________________Hai semua, buat yang baca ceritaku, semua bukuku, tolong kasih tahu aku ya kalau diluar sana ada ceritaku yang di publikasikan oleh orang lain. Mungkin di platform baca tulis lainnya, aku sangat menhgarapkan bantuan dari kalian untuk menghentikan pembajakan.
Buat yang udah care, terimakasih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ally Wooden
RomanceKisah cinta seorang gadis biasa bernama Ally Wooden (tinggal di North Carolina) yang bahkan sejak kecil harus mengalami ketidakberuntungan karena ditinggalkan pergi untuk selamanya oleh sang ibu di usia delapan tahun dan ayahnya pergi untuk menikahi...