Ally Wooden - Part 14

817 88 9
                                    

Ally terbangun dari tidurnya, setelah menjelang pagi dia baru bisa terpejam dan saat ini sudah pukul tujuh ternyata.

"Bibi, mengapa tidak membangunkanku?" Tanya Ally sambil menyeret langkahnya menuju dapur di mana bibi Esme tengah menyiapkan sarapan.

"Aku sudah meminta Layla untuk meminta ijin pada bosmu."

"Layla?" Alis Ally bertaut.

"Ya, kau menulis semua nomor temanmu di daftar telepon dan aku menekan salah satunya, nama gadis itu Layla dan dia mengatakan akan menyampaikan itu pada Mrs. Zoe."

"Oh,..." Ally memilih menarik bangku dan duduk di meja makan.

"Lagipula kau juga sulit berjalan, bagaimana akan mengayuh sepeda sampai ke toko dengan kaki seperti itu." Bibi Esme mematikan kompor kemudian mengangkat sebuah panekuk dan menyiramnya dengan saus berry dan menghidangkannya ke hadapan Ally.

"Mrs. Zoe pasti sangat kecewa jika hari ini aku tidak bekerja." Sesal gadis itu dengan wajah murung.

"Ally,..." Bibi Esme meraih tangannya. "Jangan bekerja terlalu berat, pikirkanlah masa depanmu." Wanita tua itu meremas tangan Ally.

Ally tersenyum kemudian meraih tangan wanita tua di hadapannya dan menciumnya. "Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita bi." Tuturnya.

Bibi Esme menatap Ally, "Bagaimana kau bisa bertemu dengan Paul Walton?" Tanya wanita itu kemudian, sudah semalaman dia menyimpan rasa penasarannya.

"Tidak sengaja." Tutur Ally singkat.

"Bisa kau jelaskan?"

"Aku melintas, dia membuka pintu mobilnya dan mengenaiku hingga aku terjatuh."

"Hanya itu?" Bibi Esme menyipitkan matanya pada Ally, wanita tua itu melihat kejadian saat Ally mengantar Paul keluar rumah. Dia menarik sedikit tirai dan menyaksikan saat pria muda itu mencium keponakannya sementara Ally membeku, tentu saja sebelum brandalan itu datang dan memukuli Paul, mengacaukan adegan romantis di antara mereka berdua.

Ally mengalihkan pandangannya ke arah panekuk dan segera memasukkan potongan besar ke dalam mulutnya sambil mengangguk. "Ya itu saja." Katanya dengan mulut penuh, bayangan saat bibir Paul menyentuh bibirnya tiba-tiba menyeruak dan membuat Ally ingin menelan seluruh panekuk secara bersamaan untuk menutupi rasa gugupnya saat ini.

"Ok, aku mengerti. Tentu saja itu sebuah kebetulan." Bibi Esme tersenyum sekilas kemudian mengangkat alisnya dan berbalik ke arah wastafel. Dia wanita tua yang tidak cerewet, meski sejujurnya dia tahu banyak hal tapi memilih diam jika Ally tidak ingin atau belum ingin bercerita dengannya.

"Habiskan sarapanmu, aku akan mengantar pesanan makanan untuk Nyonya Parker." Ujar bibi Esme.

"Dia memesan makanan?" Tanya Ally.

"Ya, hari ini Robin si brandalan tengik itu berulang tahun dan nyonya Parker ingin memberikan kejutan padanya.

"Oh..." Ally menghela nafas dalam. Robin,... pria muda yang sebenarnya cukup tampan, tapi karena perceraian ayah dan ibunya, dia memilih untuk behenti sekolah dan bergaul dengan orang-orang yang salah. Brandalan, sering membuat keonaran di sana-sini dan yang paling menyedihkan dia pernah datang pada Ally di suatu malam, menghentikan laju sepeda Ally saat gadis itu melintas sepulang kerja.

"Ally,..." Ucapnya lembut, sementara Ally yang ketakutan memilih bungkam.

"Ally Wooden, aku menyukaimu." Katanya dengan suara bergetar, tapi Ally memilih untuk mengabaikannya dan kembali mengayuh sepedanya. Kejadian itu terulang hingga beberapa malam, dan pada akhirnya Ally memutuskan untuk turun dari sepedanya dan bicara dengan Robin.

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang