Ally Wooden - Part 8

834 85 3
                                    

"Mr. Walton." Aurora terkesiap melihat siapa yang berdiri di ambang pintu rumahnya saat ini. Dia bahkan terlihat sangat terkejut dengan kehadiran Paul Walton secara tiba-tiba.

"Ya, maaf aku datang sangat pagi." Ujarnya.

"Suamiku sudah berangkat ke kantornya, tapi jika anda ingin menikmati teh di rumah kami, silahkan masuk."

"Oh, tidak terimakasih. Aku berniat bertemu dengan Mr. Fladimir, jadi aku akan ke kantornya saja." Ujar Paul.

"Oh ya, tentu saja. Biar kuantarkan." Aurora adalah wanita yang paling pandai bersandiwara, dia tampak begitu antusias.

"Bisakah puteri anda saja yang mengantarku Mrs. Fladimir?"

Aurora tampak berpikir sekilas. "Oh, begitu." Suaranya berubah menjadi rendah.

"Sebenarnya aku hanya ingin melihat-lihat perkebunan saja, tidak ada yang perlu dibahas secara serius." Paul menjelaskan, kemudian ekspresi Aurora sedikit membaik.

"Tentu saja, Ally akan mengantar anda." Aurora tersenyum. "Silahkan duduk, akan kupanggilkan puteriku." Ujarnya.

Tak berapa lama seorang pelayan datang dengan secangkir teh yang masih mengepul di permukaan airnya. Dia adalah Esme.

"Mr. Walton, silahkan diminum."

"Terimakasih." Senyum Paul pada wanita setengah baya itu. Wanita itu pergi dengan perasaan gugup, akhirnya dia melihat pria yang saat ini sedang dijodohkan dengan keponakannya itu. Meski tidak pernah menikah dan memiliki anak, tapi perasaan Esme tumbuh selama dia mengasuh Ally dan menganggap gadis itu sebagai puterinya sendiri. Sebagai seorang ibu, Esme bahagia jika ada pemuda yang mendekati puterinya, tapi dalam situasi seperti ini, perasaannya sungguh bercampur aduk.

Tak lama Ally keluar bersama Aurora.

"Supir akan mengantar kalian." Ujar Aurora.

"Tidak, aku datang dengan mobil." Tolak Paul.

"Baiklah." Aurora mengalah, supir yang dia maksud adalah orang yang sudah dipersiapkan olehnya untuk mengawasi tingkah Ally dan juga pemuda kaya raya itu, tapi tampaknya Paul cukup cerdas menyadari semuanya.

"Kau tidak keberatan pergi denganku?" Tanya Paul dan Ally menggeleng pelan.

"Aku akan mengantar puteri anda kembali setelah kami cukup berjalan-jalan." Pamit Paul sopan, sebelum akhirnya mereka meninggalkan rumah itu.

Dalam perjalanan menuju perkebunan Paul menepikan mobilnya kemudian berhenti di tepian perkebunan teh, membuat Ally menatapnya bingung.

Paul menghela nafas dalam. "Mss. Fladimir." Paul menatapnya dan Ally tampak menelan ludah gugup.

"Bisakah kau katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Mata Paul menyipit menatap Ally.

Gadis itu tampak tertunduk. "Aku tidak mengerti maksud anda." Jawabnya pelan.

"Apa yang keluarga kalian sembunyikan dariku?" Desak Paul.

"Tidak ada."

Paul menarik tangan Ally dan memegangnya ketat. "Aku sudah tahu semuanya." Desis Paul kesal, sebenarnya sejak tadi dia sudah tidak sabar menanyakan pertanyaan itu di hadapan Aurora Fladimir, tapi wanita itu pasti tidak akan menjawab dengan jujur.

"Anda menyakitiku Mr. Walton." Ally berusaha menarik tangannya.

"Kalian berusaha memeras keluarga kami hanya karena sejarah nenek moyang?"

Mata Ally mulai berkaca. "Lepaskan aku, kumohon."

"Keluarga kalian ingin mengambil keuntungan dari perjodohan kita bukan?" Alis Paul bertaut, suaranya menjadi kasar. "Biar kuberikan pelajaran berharga bagi keluarga kalian." Paul mendekat ke arah Ally sementara gadis itu menarik mundur dirinya hingga tersudut, tapi karena mobil dikunci oleh Paul, Ally tidak bisa lari kemanapun.

Ally berusaha memukul Paul agar mundur tapi tangannya terlalu lemah hingga Paul bisa menangkis dan bahkan mencengkeram kedua tangan gadis itu dan meletakannya di atas kepalanya sementara Paul merangsek dan menemukan bibir Ally dengan bibirnya kemudian melumat bibir gadis itu dengan kasar. Meski Ally berusaha memberontak tapi dia terlalu lemah untuk melawan otot-otot perkasa milik Paul yang meninghimpitnya. Tangannya yang perkasa bahkan menyentuh tubuh Ally tanpa perasaan hingga membuat gadis itu merasa bahwa dirinya dilecehkan. Tapi entah apa yang kemudian membuat Paul menghentikan aksinya.

"Kau tahu, ibumu baru saja menawarkanmu pada keluarga kami dengan nilai yang gila." Paul berbicara ditengah ciumannya sementara Ally hanya bisa terpejam dengan air mata berderai-derai, kekuatannya habis untuk bertahan hingga kepasrahan yang tersisa satu-satunya.

"Perusahaan ayahmu hampir bangkrut tapi kalian menipu kami mentah-mentah dengan kedok perjodohan bukan?" Mata Paul menyala dalam kemarahan. "Maka mari kita buat ini terlihat seperti perjodohan yang bahagia." Paul menatap Ally seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat tapi Ally hanya hanya terus menangis, itu membuat Paul merasa sangat buruk dan memilih melepaskan Ally, dia membuka pintu mobil dan keluar dari mobil dengan perasaan marah yang masih sangat besar.

Pagi ini sekretarisnya memberikannya kabar bahwa ayahnya meminta mentransfer sejumlah besar uang pada rekening perusahaan keluarga Fladimir tanpa sepengetahuannya. Dan kenyataan itu membuatnya sangat marah. Bukan karena jumlah uangnya, tapi para informasi yang diberikan oleh perusahaan keluarga Fladimir yang semua berisi kebohongan. Laporan keuangan, laporan kondisi perusahaan semua terlihat baik dan sangat prospektif, padahal kenyataannya sebaliknya. Bagi Paul ini adalah sebuah penipuan yang tidak bisa dimaafkan.

Sayangnya Paul meluapkan kemarahannya pada gadis ini. Bahkan menyentuhnya dengan kasar saja membuat Paul merasa begitu bersalah saat ini, apalagi rencana balasdendamnya dengan menikahi gadis itu sesegera mungkin dan menyiksanya dalam pernikahan mengerikan karena penipuan yang dilakukan oleh keluarganya. Apakah Paul sanggup melakukannya?

Paul tampak berdiri di depan mobil dengan frustasi sementara Ally menangis tersedu didalam mobil. Pakaiannya berantakan begitu juga dengan tatanan rambutnya.

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang