Ally Wooden - Part 16

786 85 7
                                    

Paul baru saja masuk ke kamar hotelnya dan sudah melihat Jane duduk di sofa, di dalam suite room tempatnya menginap.

"Menghilang dari pesta dan sekarang aku melihatmu dengan wajah babak belur, apa yang terjadi Paul?" Jane berjalan mendekat ke arah Paul dan segera meraih wajah tunangannya itu.

"Oh,..." Paul membuang muka. "Seseorang memukulku saat dia mabuk."

"Kau mabuk atau orang lain mabuk dan memukulmu?" Jane berusaha meraih bibir Paul dengan bibirnya tapi Paul kembali membuang wajahnya.

"Sorry,..." Desisnya sambil berjalan meninggalkan Jane, membuka jaketnya dan melemparkannya begitu saja ke sofa.

"Paul, apakah kau baik-baik saja?" Jane mengikuti langkahnya dan saat Paul berhenti di sisi dinding kaca lebar menatap keluar, wanita itu melilitkan tangannya di pinggang Paul kemudian menghirup aroma Paul yang segar dan begitu maskulin dalam-dalam dengan hidungnya. Jemarinya mengusap punggung bidang Paul dengan penuh rayu.

Bagaimanapun Paul lelaki yang sangat harafiah, dia berbalik dan segera meraih wajah Jane kemudian menciumnya keras. Pada awalnya Jane terkejut, nemun sejurus kemudian dia justru menikmati ciuman kasar Paul itu. Ciuman yang penuh kemarahan dan frustasi ternyata menggiring Paul dalam hasrat besar yang membakar. Dia menarik kemeja putih yang dipakai Jane dengan kasar hingga beberapa kancingnya berhamburan dan segera menarik kemeja itu lepas begitu saja.

Payudara Jane menyembul di balik bra berwarna hitam dengan renda yang menghiasinya. Dengan cepat Paul menarik tali bra milik Jane dan meloloskannya dari pundak kurus wanita itu dan segera meremas isinya dengan kedua tangannya. Paul bahkan memutar posisinya hingga Jane melekat di dinding kaca itu dan segera menciumi punggung polos Jane.

Jane mengerang menikmati perlakuan Paul padanya. Sebelumnya Paul bahkan enggan bergandengan tangan dengannya, tapi kali ini Jane merasa di atas angin karena Paul bahkan berniat menyetubuhinya dengan penuh hasrat. Meskipun sejujurnya apa yang pria ini sedang lakukan hanyalah bentuk pelampiasan rasa frustasinya pada Ally Wooden.

"Ahhh,..." Jane mendesah kasar saat mendadak Paul mendorong dirinya masuk sementara kedua tangan Jane bertumpu pada dinding kaca dan tubuhnya membungkuk. Paul terus mendorong dari belakang dengan kasar dan cepat. Di pikirannya wajah Ally terbayang semakin jelas, seluruh ekspresi wanita itu, bagaimana dia memejamkan matanya saat Paul menciumnya juga bagaimana dia mengatakan bahwa brandalan bernama Robin Parker berkencan dengannya. Semakin keras suara Ally bergaung di kepalanya makin keras pula Paul mendesak masuk kedalam tubuh Jane.

Hal itu dia lakukan hingga akhirnya kehilangan kendali dan menyembur keluar membasahi bibir bawah milik Jane. Paul menarik dirinya dengan egois dan segera berjalan menuju kamar mandi sementara Jane berusaha berdiri dan bersandar di dinding kaca itu. Tubuhnya yang kurus tampak telanjang. Bibir kemaluan Jane berdenyut-denyut nyeri karena Paul merangsek bahkan sebelum dia betul-betul siap dan sekarang dia juga menenarik diri saat Jane masih menginginkan lebih.

Jane menghela nafas dalam, dengan perasaan hambar dia memungut pakaian dalamnya lalu mengenakannya kembali. Setelah memakai kemejanya yang sebagian kancingnya sudah terlepas, Jane memilih untuk memungut clutch yang dia bawa juga menyelimuti dirinya dengan coat berwarna coklat terang dan berjalan keluar dari hotel tempat Paul menginap.

Pria itu tampak berdiri di depan wastafel. Setelah mencuci miliknya yang mulai melunak, Paul membasuh wajahnya. Ally Wooden benar-benar merusak dirinya hingga sel paling dalam. Bahkan dengan sebuah kalimat saja keluar dari bibirnya, hidup Paul hancur berantakan dalam hitungan detik.

"Ally Wooden,... " Paul melafalkan nama itu sebelum meremas wajahnya.

Setelah merasa emosinya cukup stabil Paul keluar dari kamar mandi dan melihat ke sekeliling. Dirinya menyadari bahwa Jane meninggalkannya setelah apa yang dia lakukan, alih-alih mencoba menghubungi Jane untuk memastikan perasaannya, Paul justru menghubungi kantor polisi dan meminta polisi membebaskan brandalan bernama Robin Parker itu.

"Anda membatalkan tuntutan anda?" Tanya seorang petugas.

"Ya."

"Maaf, tapi proses sudah berjalan dan akan tetap berjalan meskipun anda mencabut tuntutan." Ujar sang petugas kepolisian.

"Ini tindakan kriminal ringan, berapa lama pria itu akan ditahan atau berapa jumlah uang yang harus dibayar untuk jaminan?" Tanya Paul. Dan setelah dia mengetahui jumlah uang yang dibutuhkan sebagai jaminan untuk pembebasan brandalan tengik itu, Paul mengakhiri panggilannya.

Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang