"Pergilah sekarang, kumohon,..." Ally menatap nanar ke arah Paul Walton.
"Ally,..." Paul tampak menjeda kalimatnya. "Percayalah, selama dua tahun ini aku berusaha menemukanmu." Ujarnya frustasi.
"I know North Carolina bukan tempat yang luas, tapi tanpa memiliki foto, identitas, bahkan nomor teleponmu, aku hampir gila mencarimu." Paul menatap Ally, dia tampak menelan ludah, matanya sekilas terpejam, solah-olah dia tidak ingin mengatakan semua ini tapi terpaksa mengungkapkanya.
"Aku mengiginkanmu Ally Wooden." Bisiknya sambil menatap Ally kembali. Membuat gadis yang duduk di hadapannya itu bercucuran air mata. Andai pengakuan ini dia dengar saat Paul Walton dan dirinya bertemu dua tahun lalu, sebelum semakin rumit dengan adanya pertunangan dengan Jane.
"Ally,..." Paul meraih tangan Ally, tapi gadis itu menariknya dan memeluk dirinya sendiri, menyisakan Paul yang memilih memegangi kepalanya, mereka berdua terlihat sangat frustasi dengan caranya masing-masing.
Setelah tangis Ally mereda Paul mengulurkan tangannya, dengan ragu, tapi kali ini Ally membiarkan pria itu menyentuh kulit putihnya.
"Biarkan aku tetap di sini." Bisik Paul lirih, Ally tak sanggup menjawab. Dia terdiam seribu bahasa, tidak mengiyakan, tidak juga menolak.
Dengan sangat percaya diri Paul Walton beringsut dan berbaring di pangkuan Ally Wooden. Dia menengadah menatap kecantikan sempurna gadis itu, meski Ally memilih membuang muka, melihat ke sisi lain. Tapi Paul, dengan sangat egois justru menikmati aroma tubuh Ally dalam setiap tarikan nafasnya.
Satu tangannya menemukan tangan Ally dan meletakkannya di wajahnya.
"It's me Ally." Bisik Paul. Pria tidak tahu diri itu benar-benar mahir menyihir perempuan. Saat jemari lembutnya menyentuh wajah Paul yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sisi wajah membuat Ally tertunduk menatapnya, pada akhirnya, terpaksa.
Paul mengangkat sedikit kepalanya hingga bibirnya bisa menyentuh bibir Ally meski hanya sekilas, dan sialnya Ally yang tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa (seluruh isi kepalanya berhamburan, meninggalkan ruang kosong hingga dia tak mampu memikirkan apapun).
Paul pria flamboyan yang tahu betul kerapuhan Ally Wooden, gadis polos, di mana saat ini dia berbaring dalam pangkuannya itu sedang tidak bisa berpikir banyak dan cepat, membuatnya menciptakan kesempatan lain. Satu tangannya menyentuh wajah Ally, hingga membuatnya mampu meraih wajah itu dengan lebih mudah dan memberikan ciuman lainnya. Kali ini lebih lembut namun intens, dan sialnya Ally Wooden tampak menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ally Wooden
RomanceKisah cinta seorang gadis biasa bernama Ally Wooden (tinggal di North Carolina) yang bahkan sejak kecil harus mengalami ketidakberuntungan karena ditinggalkan pergi untuk selamanya oleh sang ibu di usia delapan tahun dan ayahnya pergi untuk menikahi...