Ally Wooden - Part 11

797 83 2
                                    

-Dua Tahun Kemudian-

"Ally, apa kau akan pergi bekerja hari ini?" Tanya Esme dari dalam rumah.

"Ya Bi."

"Tapi sudah dua bulan terakhir kau tidak pernah meminta libur."

Ally berlari masuk ke dalam rumah sewaan kecil itu dengan sayuran yang dia turunkan dari atas sepedanya.

"Aku akan bekerja keras sampai kita bisa membeli rumah."

"Oh anak manis." Senyum mengembang di wajah Esme. "Mungkin kau harus berkencan dengan seseorang, usiamu sudah sangat cukup untuk menikah." Ujarnya.

Ally hanya tersenyum. Meski hanya sekilas, pertemuan dengan Paul Walton meninggalkan kesan terlalu dalam di hati gadis itu. Ciuman kasar Paul yang penuh amarah di kebun teh bahkan seolah terulang setiap malam baginya. Sorot mata Paul, bibirnya, tubuhnya yang pernah menghimpit tubuh Ally, otot perkasanya yang mencengkeram ketat pergelangan tangannya, bahkan sentuhan kasar Paul di rahang Ally, semua masih bisa dia ingat dengan jelas rasa dan sensasinya. Bagaimana jantungnya berdesir setiap kali dia mengingat semua itu.

"Ally,..."

"Ah,..." Ally yang berdiri mematung tampaknya tak sengaja masuk dalam lamunan.

"Berhenti melamun dan berangkatlah, atau kau akan terlambat." Esme menepuk pantat Ally dan membuat gadis itu menyeringai kemudian memeluk bibinya sekilas dan pergi keluar.

Bersepeda di pagi hari membuat gadis itu bisa mengingat betul udara pagi di kebun teh, dan semua kejadian itu mengiringi langkahnya menuju kota, tempat sebuah toko kue terbaik di kota itu berada. Disanalah tempat Ally bekerja.

Dalam usahanya mengayuh sepeda melewati jalanan sepanjang kebun teh tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan sangat cepat, dan sebuah wajah terlihat dari balik beningnya kaca mobil. Meski mereka berpapasan hanya dalam hitungan detik tapi Ally yakin betul bahwa pria yang duduk di belakang kemudi adalah pria itu, Paul Walton.

Ally menghentikan sepedanya kemudian memegangi dadanya, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, sangat kencang bahkan.

Dia harus mengatur nafasnya, memulihkan kesadarannya dan kembali mengayuh, sementara dalam hatinya dia melafalkan sebuah kalimat. "Ally,... sadarlah, kau siapa."

***


Ally WoodenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang